Sabtu, 07 Mei 2011

PERMINTAAN DAN PENAWAWARAN AKAN UANG

PERMINTAAN DAN PENAWAWARAN
AKAN UANG

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Hj. MUAZZA, M.Si
LOGO UNJA 1.png

DISUSUN OLEH :
ZUHRI SAPUTRA HUTABARAT
HERMITA
WINI YATI
RAHMA WATI
NUR HASNI
AYU WULAN DARI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010-2011

KATA PENGANTAR

 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan ridhonya penulis  dapat menyelesaikan makalah tentang Permintaan Dan Penawaran Uang”. Sehingga tepat pada waktunya.
                 Dalam menyelesaikan makalah ini tentunya penulis banyak menemui halangan dan rintangan tetapi dengan bantuan dari teman-teman maka halangan dan rintangan tersebut dapat dilalui oleh penulis dengan baik. Untuk itu sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      DR.Hj.Muazza M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Moneter dan Perpajakan  yang telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
2.      Ibunda dan Ayahanda yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan memberi dukungan penuh yang tak ternilai harganya,yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu dan tak dapat penulis berikan apa-apa kecuali permohonan doa kepada ALLAH SWT semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari ALLAH SWT.
3.      Teman-teman yang telah bersedia memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
 Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca khususnya Mahasiswa Reguler Mandiri Universitas Jambi.


                                                                                               Jambi,      April  2011

penulis



BAB I
PENDAHULUAN
I.                   LATARBELAKANG MASALAH

Permintaan akan uang adalah bagian dari ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi termasuk didalam kelompok ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial berhubungan dengan perbuatan atau tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat. Perbuatan manusia itu mempunyai motivasi yang berbeda satu sama lain, meskipun mungkin perbuatannya itu sendiri sama. Dari sini timbul kesulitan yang pertama didalam ilmu sosial, yaitu bahwa jawaban atau pemecahan atas sesuatu masalah bersifat kemungkinan. Tidak eksak.jawaban atau pemecahan atas sesuatu masalah bersifat pilihan. Kebenarannya bersifat relatif, bukann kebenarannya mutlak. Dengan demikian ilmu ekonomi perusahaan juga teriak oleh ciri-ciri ilmu-ilmu sosial pada umumnya.


II.               RUMUSAN MASALAH

Dengan adanya pembahasan ini semoga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang mata kuliah Moneter dan Perpajakan khususnya dalam bahasan ini yakni Permintaan dan Penawaran Akan Uang. Yang dapat kita aplikasikan di kehidupan kita baik secara formal maupun secara informal yang dapat menambah dinamika ilmu pengetahuan kita.







III.            TUJUAN
Dalam hal ini tujuan yang dapat kita ambil dalam pembahsan ini adalah bagai mana kita dapat mengetahui apa yang padabahsan  kita bahas pada ini mengenai. Dan bagai mana untuk memanfaatkannya dan mengaplikasikannya dalam berbagai keperluan yang mengenai hal demikian yang dapat menambah pemehamankita khususnya dalam ruang lungkup Permintaan dan penawaran Akan Uang. Dengan hal demikian kita dapat mengembangkan secara luas apa yang telah kita pelajari dan kita pahami pada saat
















BAB II

PEMBAHASAN
A.   PERMINTAAN AKAN UANG
Teori permintaan uang sebenarnya dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tentang alokasi uang sumber-sumber ekonomi sifatnya terbatas. Pada prinsipnya, dengan sumber ekonomi yang terbatas, manusia haruslah memilih alokaasi yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya (dus, prinsip ekonomi). Apa bila mereka ingin memperbanyak konsumsinya misanya, maka jumlah kekayaan (yang terdiri pendapatan dan kekayaan lainnya) akan semakin kecil.

I.                   TEORI PERMINTAAN UANG KLASIK

Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori kuantitas uang. Pada awal mulanya teori ini tidak dimaksud untuk menjelaskan mengapa/seorang masyarakat menyimpan uang kas, terlebih dari pada peranan uang kas, tetapi lebih pada peranan uang. Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut:
MV = PT
Di mana :
M = jumlah uang beredar
V = perputaran uang dari satu tangan ke tangan dalam satu periode
P = harga barang
T = volume barang yang diperdangkan

Beberapa versi teori ini adalah :
Pertama, dengan mengganti volume barang yang diperdagangkan (T) dengan output rill (O), sehingga formulasi teori kuantitas menjadi:
MV = PO =Y
Di mana :
Y = PO = GNP nominal
V = tingkat perputaran pendapatan (income velocity of money)
Kedua, versi dikemukankan oleh A. Marshall dari Universitas Cambridge dengan formulasi sebagai berikut:
M = Kpo
      = Ky di mana k = 1/V
Secara matematis formula Marshall ini sama dengan formulasi Irving Fisher, namun implikasi berbeda. Marshall memandang bahwa individu masyarakat selalu menginginkan sebagian (Proporsi) tertentu dari pendapatan (Y) diwujudkan dalam bentuk uang kas (yang dinyatakan dengan k). sehingga, kY merupakan keinginan individu/masyarakat akan uang kas (Md). Secara tematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
Md = Kpo = Ky
Di mana:
Md = adalah permintaan uang kas
Dengan formulasi tersebut teori Marsall merupakan awal dari teori permintaan uang. Teori ini masi sangat sederhana, terkandung terdapat dalam beberapa kelemahan (yang kemudian atas dasar kelemahan-kelemahan ini disempurnakan oleh teori berikutnya).
Kelemahan pertama adalah bahwa kenyataan dalam kelemahan V tidaklah tetap. Naik di Negara maju Amerika serikat,maupun Negara berkembang, V cenderung tidak konstan.
Kelemahan kedua, bahwa teori klasik mengabaikan pengaruh tingkat bunga terhadap uang. Teori kuantitas uang mengganggapbahwa permintaan akan uang kas tidak dipengaruhi oleh tingkat bunga .


II.               TEORI PERMINTAAN UANG KEYNES

Keynes, dalam teori permintaan akan uang kas, membedakan antar mitif transaksi (dan berjaga-jaga) serta spekulasi. Jadi dia juga mengakui adanya motif transaksi, hanya saja lebih penting (dalam arti pengaru dalam kegiatan ekonomi) adal motif spekulasi.
2.1 Permintaan Uang Untul Tujuan Transaksi
Keynes menyatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari pendapatan. Makin tinggi pendapatan makin tinggi keinginan uang kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya lebih rendah. Penduduk yang tinggal di kota besar cenderung melakukan transaksi besar dari pada penduduk yang tinggal di kota kecil 9atau pedesaan). Ketergantungan permintaan uang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gamabar 2.1
Permintaan Uang Untuk Transaksi

 











Permintaan uang untuk transaksi (riil) ditunjukkan dengan L1. Meskipun hubungan permintaan uang untuk transaksi untuk pendapatan rill ( Y/P ) digambarkan dengan gari lurus (L1, L1) namun dalam kenyataan-kenyataan tidak lurus demikian. Dari sini jelas bahwa Keynes mengikuti jejek kaum klasik (paling tidak Marshall) bahwa permintaan uang untuk transaksi untuk tergantung dari pendapatan. Namun Keynes berbeda dengan kaum Klasik dalam hal penekanan pada motif spekulasi dan peranan tingkat bunga dalam menentukan permintaan uang untuk spekulasi.
2.2 Permintaan Uang Untuk Tujuan Spekulasi
Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang melebihi untuk keperluan transaksi, karena keinginan untuk menyimpan kekayaan dalam bentuk yang paling lancer (uang kas). Uang kas yang disimpan ini mempunyai fungsi sebagai alat penimbun kekayaan (store-of-value). Dalam istilah yang paling modern sering disebut: permintaan uang untuk penimbun kekayaan (asset demand for money).
Permintaan uang untuk spekulasi ini menurut Keynes ditentukan oleh tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat untuk uang kas untuk tuuan/motif spekulasi. Alasannya :
Pertama : apa bila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas (opportunity Cost Of Holding Money) makin besar/tinggi seingga keinginan masyarakat uang kas akan makin kecil, sebaliknya makin rendah tingkat bunga makin besar keinginan masyarakat menganggap tingkat bunga makin besar keinginan masyarakat untuk menyimpan uang kas.
Kedua : hipotesa Keynes bahwa masyarakat mengagap akan adanya tingkat bunga “nominal” berdasarkan pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi.Tingkat bunga nominal arinya suatu tingkat bunga yang akan diharapkan tingkat bunga kenyataan akan berada di atas tingkat normal ini, maka masyarakat ini akan mengharapakan tingkat bunga tidak akan naik lagi, bahkan akan diperkirakan akan turun/kembali lagi ketingkat normal tersebut, sehingga surat berharga akan diperkirakan akan naik, kemungkinan akan adanya “capital losses” lebih kecil dari pada “capital gain”. Keuntungan permintaan uang kas untuk spekulasi terhadap tingkat bunga dapat dilihat terhadap digambarkan sebgai berikut :
Gamabar 2.2
Permintaan Uang Untuk Spekulasi

 







(a)                                                       (b)
Gambar (a) menunjukkan adanya hubungan negative antara tingkat bunga (r) denga permintaan uang auntuk spekulasi (L2). Gambar (b) menunjukkan adanya apa yang oleh Keynes disebut “liquidity trap” bagian horizontal dari permintaan uang kas pada tingkat bunga rl. “liquidity trap” menggambarkan bahwa adanya pada tingkat bunga yang paling rendah (menurut ukuran-ukuran pengalaman-pengalaman masa lalu) elastisitas permintaan uang kas menjadi tidak terhingga besarnya.
Masyarakat tidak ada yang amu memegang surat berharga pada tingkat bunga di bawah rl sebab mereka memperkirakan bahwa pendapatan yang diperoleh dari surat berharga akan lebih besar dari kerugian modal “Capital Losses” sebagai akibat kenaikan tingkat bunga di masa datang. Ini lah yang disebut “Liquidity/Keynesian Trap”.
Bagi seorang individu. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi merupakan fungsi (yang terputus) dari tingkat bunga. Artinya bagi individu selalu ada perkiraan ada tingkat bunga “normal”. Apa bila tingkat bunga yang berlaku di bawah/ lebih rendah dari tingkat normal ini dia memperkirakan akan naik lagi ke tingkat normal tersebut, sehingga dengan demikian diakan menunjukkan semua kekayaannya dalam bentuk uang kas.

Sebaliknya apa bila tingkat bunga yang berlaku atas/ lebih tinggi dari pada ke tingkat normal tersebut, sehingga dengan demikian diakan menunjukkan semua kekayaannya dalam bentuk uang kas. Sebaliknya apa bila tingkat bunga yang berlaku atas/ lebih tinggi dari pada tingkat normal, dia kan memperkirakan lagi ketingkat normal lagi dikemudian hari, sehingga dengan demikian semua kekayaan akan ditunjukkan dalam bentuk surat-surat berharga. Oleh karena itu bagi seorang individu kurva permintaan uang untuk spekulasi sebagai berikut :
Gambar 2.3
Kurva Permintaan Uang untuk Spekulasi
Bagi Seorang/Individu
 










Selanjutnya Keynes menyatakan apa bila setiap individu itu berbeda tentang harapan/perkiraan tentang tingkat bunga normal serta tingkat perubahan tingkat bunga yang berlaku, maka secara keseluruhan (masyarakat) permintaan uang berupa garis lurus turun miring kekanan.
Gambar 2.4
Permintaan Masyarakat Akan Uang (Untuk Transaksi Dan Spekulasi)


 








Secara matematis permintaan uang total ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Mdt = k Y

Ø  untuk menunjukkan transaksi besarnya tergantung dari pendapatan
Mds = 

Ø  untuk menunjukkan spekulasi (yang besarnya tergantung pada tingkat bunga (r) dan kekayaan (w) dimasukkan sebagai variable sebab permintaan uang untuk spekulasi merupakan bagian dari kekayaan total (sering disebut sebagai “assets demand for money

Permintaan Uang Total : Md = [

Karena analisis Keynes adalah analisis jangka pendek, maka W dianggap tetap tidak berubah, sehingga dapat ditulis sebagai berikut :

Md  =

III.             PERKEMBANGAN SELANJUTNYA DARI PADA TEORI KEYNES SETELAH KEYNES
Teori permintaan Keynes mendasarkan pada adanya 2 (dua) motif memegang uang kas, yakni motif transaksi dan motif spekulasi. Motif transaksi tergantung dari pendapatan sedangkan motif spekulasi tergantung dari tingkat bunga. Perkembangan selanjutnya dari teori Keynes didasarkan atas 2 (dua) pembagian tersebut. Yang masing-masing dilakukan oleh Willam J. Baumol dan James Tobin.
dalam menganalisa permintaan uang, keduanya menggunakan pendekatan yang berbeda, sehingga implikasi kebijaksanaannya pun juga berbeda.
3.1 Permintaan Uang Untuk Tujuan Transaksi (Baumol - Tobin)
Teori ini dikembagkangkan oleh Baumol (1952) dan tujuan Tobin (1956) yang masing-masing ingin menjelaskan factor yang mempengaruhi permintaan uang untuk tujuan transaksi.
1.      Baumol menggunakan pendekatan teori penentuan barang persediaan yang bias dipakai dalam dunia perusahaan. Dia menganalisa tingka laku individu (rumah tangga atau perusahaan) , dan menganggap bahwa pendapatan mereka diterima sekali (misalnya tiap bulan).
Hal ini mengingatkan bahwa kekayaan individu tersebut selain berupa uang kas dapat berupa surat berharga yang menghasilkan bunga, serta adanya oongkos atau biaya unruk memerlukan surat berharga tersebut dengan uang kas. Masalah penentu uang kas optimum (dimana ongkos yang paling rendah) dapatlah dijelaskan sebagai berikut :
T         : Nilai rill pendapatan selama satu periode (satu bulan), dengan demikian juga besarnya nilai rill transaksi selama satu periode (satu bulan)
r          : Adalah tingkat bunga (tetap setiap periode)
b           : Adalah ongkos/biaya perantara (broker’s fee) yang besar tetap, tidak tergantung pada besar transaksi
c            : Adalah nilai rill suatu berharga yang ditukar dengan uang kas setiap kali atau besar uang kas setiap kali, diambil dari uang tabungan seandainya semua pendapatannya ditabung. Jadi besarnya/volume transaksi selama satu bulan (apakah itu menjual surat berharga atau mengambil tabungan di Bank) adalah T/C, yakni jumlah pendapatan dibagi dengan besar uang kas yang akan setiap saat dipegang.
Ongkos/biaya perantara sebesar bT/C.  karena individu tersebut memegang uang kas sebesar C setiap periode dan dibelanjakan secara merata selama satu periode dan menjual surat berharga (atau mengambil tabungan) lagi mana kala uang kasnya (C) habis, maka jumlah rata-rata uang kas yang dipegang setiap saat sebesar C/2 , secara diagramtis hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Individu tersebut pada awal bulan memegang uang kas (C) sebesar Rp 200.000,00, uang ini dibelajakan secara merata selama satu bulan, sehingga pada akhir bulan uang kas tersebut habis (C = 0).  
Kemudian individu tersebut menjual surat berharga atau mengambil tabungan sebesar Rp 200.000,00 dan dibelajakna merata bulan berikutnya. Pada akhir bulan berikutnya uang kasnya akan habis lagi (C = 0), kemudian lagi menjual surat berharga sebesar Rp 200.000,00 dan dibelanjakan merata lagi selama satu bulan. Dengan demikian proses tersebut berulang. Secara grafis dpat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1
Uang Kas Untuk Trnsaksi Selama Satu Bulan
           
 




Pada awal bulan uang kas individu tersebut sebesar Rp 200.000,00 sedangkan pada akhir bulan uang kasnya nol, rata-rata uang kas dipegang sebesar Rp 200.000,00 / 2 = Rp 100.000,00. Apabila tingkat bunga di Bank sebesar r  per bulan maka biaya/ongkos memegang uang kas (Opportunity Cost Of Holding Money) yang rata-rata sebesar c/2 (Rp 200.000,00 / 2) adalah rC/2. Dengan demikian biaya total untuk memegang uang kas (TC) terdiri dari biaya perantara (bT / C) ditambah biaya bunga (rC / 2):
TC = bT / C + rC/2

Jumlah uang kas (C) yang optimal, dimana biaya totalnya paling rendah (minimum) dapat diperoleh dengan mencari turunan pertama diatas terhadap C dan hasil turunan ini disamakan dengan nol :
-bT / C2 + r / 2 = 0
C =  2bT / r
Hasil ini lah yang sering disebut: rumus akar (square root formula) dari Baulmol, yakni besar uang kas yang diinginkan oleh individu proporsional terhadap akar dari nilai transaksi dan berbanding terbalik dari nilai akar bunga. Seperti telah disebut di atas, bahwa rata-rata uang kas yang ditahan setiap saat itu sebesar C/2 maka persamaan permintaan akan uang kas rill (Md/P) yang dapat diperoleh dari analisa Baulmol ini adalah :
Md / P = C / 2 = ½   2bT/ r
Atau dapat ditulis
Md = ½   2 bt / r  . P =       b  ½ T ½ r ½ P
Di mana       =  ½        2


Implikasi yang bias ditarik dari formula dari permintaan uang di atas adalah :
a.      Apabila untuk menukarkan surat-surat berharga dengan uang kas atau unutk mengambil tabungan di bang tidak dikenakan biaya (b = 0), maka dengan sendirinya juga tidak ada permintaan akan uang kas. Secara ,matematis, apabila b = 0 maka Md = XO ½   T ½   r- ½   P = 0.
b.      Adanya “economies of scale” dalam penggunaa uang kas, artinya, makin tinggi pendapatan (dus juga volume transaksinya makin besar) maka pertasi kenaikan uang kas yang diinginkan (Md) akan lebih kecil dari pada kenaikan transaksinya. Hal ini ditunjukkan dengan pangkat  ½ pada variable T . apa bila T naik 9 kali (hal-hal yang lain tetap), maka Md akan naik sebesar 9 ½   = 3.
c.       Permintaan uang kas untuk tujuan transasi tergantung pula terhadap tingkat bunga serta biaya perentara. Ini berbeda dengan teori Keynes, bahwa permintaan uang akan tujuan transaksi hanya tergantung pada pendapatan.
d.      Perkembangan/kemajuan teknologi yang mengakibatkan turunya biaya/ongkos transaksi untuk mengakinatkan turunnya rata-rata kas yang dipegang oleh individu. Misanya dengan dipakainya system computer atau telempon dala permintaan uang kas di Bank, maka jumlah uang yang dipegang oelh individu cenderung akan makin kecil.
.
KONSEP TOBIN-BAUMOL
Tobin –Boumol merupakan murid dari keynes, dia menyatakan bahwa orang bisa memegang uang dan bonds dalam waktu bersamaan . ketika uangnya sudah habis dia bisa mencairkan bondsnya dan kemudian dia bisa hidup dari hasil penjualan bondsnya. Sehingga dalam teori Tobin-Boumol, kita dapat memaksimalkan selisih (iB-TC), dimana iB adalah interest Income dari bonds, dana TC merupakan transaction cost. Bagi Tobin-Boumol, money demend for precauteonery tidak saja ditentukan oleh tingkat pendapatan, namun ditentukan juga oleh tingkat suku bunga.

2.                  Elastisitas Permintaan Uang Kas Untuk Tujuan Transaksi Terhadap Tingkat Bunga.
Baumol telah menunjukkan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi itu tergantung juga pada tingkat bunga, dengan cara lain, James Tobin menganalisa ketergantungan ini. Menurut dia, ketidak bersamaan antar pengeluaran dengan penerimaan penghasilan memaksa individu untuk menyediakan alat pembayaran guna membiayai transaksi. Namun tidak berarti bahwa alat pembayaran ini harus berupa uang kas. Dapat mrtupakan surat berharga yang memebrikan bunga. Tetapi, kerugiannya individu tersebut harus mengeluarkan untuk biaya transaksi menukarkan surat berharga mana kala alat pembayaran berupa uang kas habis. Berapa besar alat pembayaran yang ditunjukkan uang kas?
Hal ini tergantung besarnya surat berharga tersebut. Apabila tingkat bunga tinggi (disbanding dengan biaya transakssi) maka maka individu akan mengurangi pembayaran berupa uang kas dan akan mengurangi surat-surat berharga. Sebaliknya apa bila surat berharga rendah (dibandingkan dengan biaya transaksi) maka individu tersebut akan memperbanyak uang kas untul transaksi dan tingkat bunga sebagai berikut.
Misalnya, pada awal setiap periode pendapatan (t = 0) seorang penerima pendapatan sebesar Y. Dia membelanjakan pendpatan ini secara merata selam periode tersebut, dan pada akhir periode (t = 1) uang kas habis. Nilai total transaksinya, T (t) sebesar; T (t) = Y ( 1 – t ), di mana;
0 < t < 1 ………………….(1)

Rata- rata nilai transaksinya ( T );           

T =          Y (1 – t) dt = Y/2 ……………………….(2)

T (t) terdiri dari uang kas C (t); 0 < B (t), C (t)………………….(3)

B dan C,  masing-masing surat berharga dan uang kas yang dipegang, maka;
B =      B (t) dt
C =      C  (t) dt. B + C = T = Y/2 …………………(4)

Tingkat bunga per periode adalah r. misalnya adalah  mencari hubungan antara B (dan juga C) dan r, dengan anggapan bahwa individu itu akan memilih B (t) dan C (t)  yang memberikan pendapat bunga (setelah dikurangi biaya transaksi) maksimum. Masalah ini dapat diselesaikan sebagai berikut;
·         Untuk sejumlah transaksi (n) serta tingkat bunga (r) bagau mana waktu (t1, t2……tn)  yang optimal (sekunder yang optimal), yakni di mana pendapatan (Rn) paling besar. Untuk waktu optimal tersebut berapa nilai B dan C.
·         Untuk r  tertentu, berapa banyak transaksi yang optimal (n), di mana Rn maksimum ?
·         Bagaimana jumlah hubungan transaksi yang optimal (n dengan tingkat bunga (r) ?
Penyelesaian masalah a, yakni waktu/skedul yang optimal dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalnya besarnya ongkos/biaya perantara tidak tergantung dari jumlah transaksi. Individu paling sedikit melakukan 2 (dua) transaksi, sebab apa bila ada dalam satu transaksi dari kas kesurat berharga (jadi membeli), maka tentu ada transaksi kedua, dari surat berharga ke kas (menjual) sebab surat berharga tidak dapat dipakai sebagai alat pembayaran. Oleh karena itu surat berharga yang dipegang harus ditukarkan dengan uang kas. Secara grafis, waktu yang optimal untuk 2 (dua) transaksi dapat ditunjukkan sebagai berikut;      
Gambar 3.6 Waktu yang Optimal untuk 2 Transaksi
Surat berharga
Surat berharga
Flowchart: Process: Surat berharga
 




Gamabar 3. 6 di atas menunjukkan dua cara menentukan waktu/ skedul utuk dua transaksi. Gambar (a) menunjukkan bahwa individu memegang/mewujudkan penghasilannya dalam bentuk uang kas, tanpa surat berharga B1 pada waktu t1. Dan dipegangnya hingga waktu t2, pada waktu t2 surat berharga tersebut dijual. Pendapatan bunga yang diperoleh ditunjukkan dengan segi emapat (4) bergaris.
Cara kedua (2), gambar (b), individu tersebut membeli surat berharga sebesar B1 pada awal penerimaan penghasilan (t1 = 0), dan dipegangnya sampai uang kas yang dipegangnya habis, yakni pada waktu t2. Total pendapatan bunga ditunjukkan dengan segi empat bergaris, yang lebih besar dari cara pertama (gambar a). dari perbandingan ini dapat dikemukakan adanya dua prinsip sebagai berikut;
1.      Pembelian surat berharga sebaiknya dilakukan pada waktu 0 (mungkin cepat makin baik). Penundaan pembelian berarti kerugian bunga
2.      Penjualan surat berharga seharusnya dilakukan pada saat uang kas yang dipegang habis (nol).
Kedua prinsip ini juga berlaku untuk tiga (3) transaksi. Gambar berikut menjelaskan hal ini.
Gambar 3.6
Waktu Optimal untuk Tiga (3) Transaksi
 






Untuk tiga (3) transaksi tidak perlu menjual semua surat berharga pada saat yang sama, sehingga dijual pada waktu t2 dan sebagian lagi pada waktu t3.Secara umum untuk transaksi sebesar n kali, skedul yang optimal adalah membeli surat berharga pada waktu 0, sebanyak n – 1 Y dan menjualnya sejumlah/senilai yang sama, yakni Y / n pada waktu t2 = 1/n, t3 = 2/n ………ti = i – 1 …….tn = n – 1.
Rata-rata surat berharga yang dipegang sebesar ;
B   = n – 1 Y (n > 2)
Pendapat bunga sebesar;  r Bn atau sama dengan ;
Rn = n – 1. Yr; (n > 2)
Biaya (ongkos) sebesar na di mana a adalah ongkos transaksi. Sehingga pendapatan bersih sebesar.
n    = n – 1. Yr – na (n > 2)
banyaknya transaksi yang optimal (n) ditentukan atas dasar perbedaan selisih paling besar antar pedapatan ongkos. Dengan kata lain dengan n terjadi di mana    maksimum, yakni perbedaan anatara pendapatan (Rn) dengan ongkos paling besar, secara grafis dapat ditentukan sebagai berikut;
Gambar 3.8
Pencurian Jumlah Transaksi yang Optimal (n )
 




Rata-rata nilai obligasi mempunyai hubungan posisi negative besarnya n. Sedangakan n mempunyai posisi dengan tingkat bunga (r). dengan demikian, rata-rata nilai obligasi yang dipegang memepunyai hubungan positif dengan tingkat bunga. Sebaliknya, jumlah uang kas yang dipegang mempunyai hubungan negative dengan tingkat bunga. Secara grafis dapat ditunjukkan sebagai berikut;
Gambar 3.9
Hubungan Antara Rata-rata Nilai Obligasi (B)
dan Rata-rata Uang Kas (C) yang Dipegang Dengan Tingkat Bunga

 






Dari gambar di atas namapak bahwa makin rendah tingkat bunga (r) makin besar jumlah rata-rata kas dipegang (C) dan dengan demikian berarti pula makin kecil nilai obligasi yang dipegang (B). hasil yang dikemukakan James Tobin ini sejalan dengan hasil W. Baumol  di atas , bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi juga tergantung (dipengaruhi) oleh tingkat bunga.
3.2 Permitaan Uang Untuk Tujuan Spekulasi (Tobin)
seperti halanya permintaan untuk transaksi, perkekmbangan selanjutnya teori permintaan uang, , Keynes adalah permintaan uang spekulasi, teori ini juga dikembangkan oleh James Tobin dalam tulisannya berjudul “Liquidity Preference as Behavior Toward Risk”, Review of Economic Studies, februari 1958, halaman 65-86. Pokok-pokok teorinya adalah kekayaan seseoarng dapat diwujudkan dalam bentuk uang kas dan obligasi ( pembagian ini sejalan dengna Keynes) uang kas tidak menghasilkan apa-apa, sedangkan obligasi dapat menghasilkan pendapatan yang berupa bungan serta perubahan obligasi sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat bunga. Harga obligasi yang tanpa batas waktu (biasanya disebut dengan consol) adalah:
P = A / r
Dimana :
P = Harga Obligasi
A = Nilai ( rupiah, misalnya )dari bunga yang diterima pemegang obligasi pertahun
R = Tingkat Bunga
Apabila seseorang mengharap bahwa dimasa mendatang tingkat bunga sebesar re maka obligasi yang diharapkan akan menjadi :
Pe  = A
       re
konsekuensinya, persentase keuntungan / kerugian dari perubahan nilai obligasi (g) yang diharapkan adalah:
g          = Pe – P           =          (A/re –A/r )
  P                                 A/r
 dengan sedikti manipulasi persamaan tersebut diperoleh hasil :
g =  A/ re – A/ r           1/ re -1/r           r  – 1
                                           A/r                       1/r             re
Apabila re = r yakni tingkat bunga yang diharapkan sama dengna tingkat bunga yang berlaku, maka g = 0, artinya tidak ada keuntungan / kerugian (capital gain / loss = 0)sebaliknya apabila tingkat bunga yang berlaku (r) sebesar 6% dan tingkat bunga yang diharapkan (re ) turun menjadi 5 % maka:
g          = 0.06 / 0,05  -1           =          0.20 atau 20 %
pendapatan total dari pemilikan obligasi selama satu tahun terdiri dari tingkat bunga ditambah keuntungan dari perubahan nilai (capital gain) secara formula dapat dirumuskan sebagai berikut:
e  =  r  +  g  =  r  + r /re  – 1
Di mana :
e  = pendapatan total yang diharapkan
menurut keynes secara sederhana dapat dijelaskan proses pengmabilan keputusan mengenai investasinya. Apabila e>0. Maka individu investor akan mewujudkan kekayaan dalam bentuk obligasi. Apabila e<0 dia akan memilih kekayaan dalam bnetuk uang kas.
Menurut Keynes , harapan (expectation) ditentukan oleh tingkat atau keadaan normal. Jadi apabila tingkat bunga yang berlaku makin rendah maka kemungkinana besar e akan negative sehingga individu akan memegang uang kas, sebaliknya apabila tingkat bunga yang berlaku tinggi, maka kemungkina besar e positif, sehinga indivu tersebut akan memegang obligasi.
Dengan demikian jelas bahwa permintaan uang dengna tujuan spekulasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga yang berlaku. Namun pernyatan Keynes mempunyai beberapa permasalahan diantaranya:
v  Implikasi dari analisa ini adalah bahwa individu investor akan memegang uang kas semua tau olbigasi semua, tanapa adanay kemungkinan diversifikasi (yakni sebagian uang kas dan sebagian obligasi)
v  Menurut Keynes, harapan dari beberapa invidu nsama (paling mengarah sama ), sehingga tidak dimungkinan adanay difersifikasi kekayaan, difersifikasi kekayaan akan timbul apabila ada perb edaan dalam harapan (expecatation) diantara pada indivivdu investor
v  Analisa Keynes mendasarkan pada angggapan bahwa individu penuh dengan keyakinan, sehingga dia tidak memperhatikan adanay resiko yang berhbungan dengan pemeilikikan bentuk kekayaan (portofolio choicenya)
Teori portofolio dikembangkan untuk mengatasi tiga masalah diatas. Teori portofolio mulai dengan suatu anggapan bahwa sseseorng individu lebih suka akan pendapatan (return) yang makin tinggi, tetapi sebaliknya tidak suka pada resiko (sering disebut : risk averse)
Diatas telah dijelaskan bahwa apabila e>0, maka besar obligasi yang dipegang berarti pula makin besar resiko.makin besarnya resiko menyebabkan kepuasaan bias menajdi makin kecil. Tetapi, makin makin besar obligasiyang dipegang berarti pula makin besar pendaaptan yang diharapkansehingga kepuasanny juga semakin besar. Masalahnya bagaimana cara mencari kombinasi antara resiko (risk) dan pendapatan (return) yang optimal. Dari masalah ini secara intensif dapat diketahui adanay hubungan terbalik antara tingakt bunga drngna permintaan uang dengna tujuan spekulatif. Makin tingkat bunga , berarti makin tinggi pendapatanyang diharpkan . tanpa adanya perubahahn tingkat resiko, seoran gindividu akan membeli obligasi lebih bnayak(dengan demikian akan mengurangi jumalah uang kasnya untuk emmbeli barang obligasi tersebut). Dari seni jelas Nampak bahwa makin tinggi tingakt bunga, jumlah uang kasa dipegang semakin kecil.
Gambar 3.2.1Kurva Indifference
 





Kurva indifference menunjukkan brbagai kombinasi antara resiko dan pendapatan yang diharapkan dimana tingkat kepuasannya sama. Makin tingggi kurva indefference menunjukkan tingkat kepuasanyang lebih besar (1o < I 1 < I2)
Kurva ini mempunyai arah dari kiri bawah kekanan atas (positif) karena individu itu mau menanggung resiko yang makin besarapabila didorong atau diimbangi dengan harapan pendapatannya yang makin besar agar supaya tidak berada pada tingkat kepuasan yang sama.
Untuk mengetahui posisis optimum tseorang individu perlulah terlebih dahulu diketahui “semacam garis harga” yakni berbagai kombinasi pendapatan yang diharapkan dengan resiko yang tersedia bagi individu tersebut. Banyakny aobligasi yang dipegang seoran individu berkisar anta nol sampai sejumlah kekayaannya (yang dianggap tetap jumlahnya) apabila jumlah obligasi yang dipegang tersebut diberi symbol H, maka :
E         =          He       =          H ( r +g)
R         =          Ho
Dimana:
E         = Total pendapatan yang diharapkan (expected return)
R         = Total Resiko
O         = suatu ukuran untuk resiko (standard deviasi)
He       = Pendapatan yang diharapkan dikalikan dengan jumlah obligasi yang dipegang sama dengan total pendapatanyang diharapkan
Ho       = resiko dikalikan dengan jumlah obligasi sama dengan total resiko.

Dengan persamaan diatas (dengan subtitusi ) dapatlah diperoleh persamaan sebagai berikut:
E = ( r + g ) R
o

Persamaan ini menunjukkan hubungan antara pendapatan dan resiko, yang menggambarkan semacam garis harga (budget line) dalam teori tingkah laku konsumen, secara grafik dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Gambar 3.2.2
Garis Harga seorang Investor
                                                                                                                        
 







Hubungan E dan R dalam persamaan diatas lenier, sehingga gambar garis hargapun berupa garis lurus. Sudut arah garis harga ini tergantung pada tingkat bunga (r2>r1>r0). Titik 0 menunjukkan bahwa individu itu mengujudkan semua kekayaanny adalam bentuk uang tunai (jadi  resikonya nol demikian pula harapan pendapatannya juga nol)
Dengan menggunakan diagram kediua diatas,dapatlah diselesaikan masalah optimisasi seorang investor. Tujuan yang hendak dicapanya adalah kurva indifference yang tinggi (dengan mengingat garis kemungkinan kombinasi tertentu ). Pemilihan yang optimum terletak pada titik singgung antara garis kemungkinan kombinasi pendapatan dan resiko dengan kurva indifference  (titik A) secara grafis dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 3.2.3
Optimisasi Seorang Investor
 







Apabila terjadi perubahan tingkat bunga, maka titik equilibrium (A) tersebut akan berubah. Grafik dibawah ini menjelaskan perubahan tersebut.
Gambar
Efek Perubahan Tingkat Bunga
 








Pada tingkat bunga r0 titik equilibrium investor adalah A. apabila tingkat bunga naik menjadi r1, titik equilibrium investor akan berubah ke titik B. pada titik B ini investor tersebutmempunyai pendapatan yang diharapkan serta resiko yang lebih besar daripada titik A. kenaikan harapan pendapatan dan resiko hanya bias diperoleh dengna ememgang obligasiyang lebih banyak. Konsekuensinya, makin tinggi obligasi yang dipegang berarti makin kecil uang kas yang dipegang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat bunga makin tinggi, jumlah uang kas yang dpegang makin kecil. Kesimpulan ini selajan dengna teori Keynes. Namun teori Tobin ini dapat dipandang sebagai penyempurna teory Keynes, yakni dengan mengemukakan anggapan adanay ketidak pastian (uncertainty)serta adanay ekmungkinan seorang indi=vidu itu melakukan diversifikasi bentuk kekayaan (sebagian bentuk obligasi dan sebagian berbentuk uang kas), yang dalam teori Keynes diversifiksai bentuk ekkayaan ini tidak mungkin terjadi.

a.                   Pernyataan Kembali Teori Kuantitas Uang ( Friedman)5)
dan Sumbangan Friedman
Milton friedman mencoba menghidupkan kembali teori kuantitas uang klasik dengan membuat suatu pernyataan bahwa teori kuantitas adalah teori tentna gpermintaan uang, bukan teori tentan gpenentuan produk, pendapatan maupun harga.
Menurut dia, uang itu merupakan salah satu bentuk kekayaan , seperti halnya bentuk-bentuk kekayaan yang lain (misalnya:surat berharga, tanah dan kepandaian). Disamping itu, seorang pengusaha uant itu merupakan barang yang produktif. Apabila uang dikombinasikan dengan factor produksi yang lain (mesin serta bahan mentah misalnya) dapat emnghasilkan barang lain. Dengan demikian, teori tentang permintaan uang dapat pula dibandingkan sebagi teori tentna gmodal (capital theory).
Dipandang dari seoran gpemilik kekayaan (bukan pengusaha) teori tentang permintaan uang dapat disamakan dengan teori permintaan akan barang konsumsi. Sehingga, permintaan terhadap uang kas tergantung tiga factor utama (seperti halnya permintaan atas barang konsumsi) yakni : a) jumlah total kekayaan  (merupakan semacam “budged constraint” dalam teori permintaan akan barang konsumsi), b) harga dan pendapatan dari berbagai alternative, bentuk kekayaan dan c) selera dan kesukaan dari pemilik kekayaan.
Friedman memberikan defenisi ekkayaan emliputi segala sesuatu yang dpat merupakan sumber pendapatan. Salah satu sumber pendapatan ini adalah darimanusia itu sendiri, sehingga diri manusia (kependaiana , misalnya) merupakan slaah satu bentuk kekayaan , disamping bentuk yanglain seperti : surat berharga, tanah, perhiasan dan lain-lain. Dari sudut pandangna ini maka tingkat bunga menunjukan suatu bhubungan antara umlah (stock) kekayaan dengan aliran (flow) pendapatan .
Secara formula hbungan ini dapat ditunjukkan sebagai berikut :
W        =          Y / r
Dimana:
W        =          kekayaan
Y         =          Aliran pendapatan
r          =          Tingkat bunga
Seoran gpemilik kekayaan akan selalau berusaha untuk memilih bentuk-bentuk kekayaan dengan bentuk kekayaan (kobinasi bebagai bentuk kekayaan) sehingga mencapai kepuasan yang maksimum. Hal ini dapat dicapai apabila tingkat subtitusi antara satu bentuk kekayaandengan bentuk kekayaan yang lain sama dengan tingkat subtitusi yang diinginkan. Karena suatu bentuk kekayaan itu berbeda dengna bentuk yang lain dalam hal aadanay aliran pendapatan (misalnya, obligasi akan mendatangkan bunga, sednagkan uang kas tidak) maka perbedaan inilah yang mendasari kepuasan seorang pemilik kekayaan, konsekuensinya, kepuasan tidak hanya dipengaruhi harga daripada bentuk kekayaan tersebut, tetapi juga pendapatan yang diperoleh (tingkat bunga). Harga suatu bentuk kekayaan (kecualai yang berbentuk manusia / kepandaian) untuk mudahnya dapat dinyatakan dengan kesatuan satu mata uang (rupiah misalnya)
Friedman membedakan bentuk kekayaan dalam 5 kategori:
1.      Uang kas (M)
2.      Obligasi (B)
3.      Saham (E)
4.      Kekayaan yang berbentuk fisik seperti tanah, mesin (G)
5.      Kekayaan yang berbentuk manusia (H)
Pendapatan (return) dari masing-masing bentuk kekayaan tersebut :
1.      Secara umum dapat dikatakan bahwa kemudahan serta keamanan merupakan semacam “pendapatan (return) “daripada memegang uang kas. Pendapatan riil dari memegang uang kas sebesar, misalnya Rp. 1,00 tergantung dari banyaknya barang dan jasa yang dapat diblei dengan uang tersebut, yang pada gilirannya tergantung dari pada harga barang (P). makin tinggi harga barang makin rendah pendapatan riil dari sejumlah tertentu uang kas, dan sebaliknya. Jadi Pmerupakan factor yang mempengaruhi pendapatan riil.
2.      Pendapatan dari kekayaan yang berbentuk obligasi terediri dari dua bentuk, yakni,pertama : kupon dan keduanya perubahan harga dari obligasi tersebut, yan gmungkin bias positif atau negative. Positif Apabila terjadi kenaikan harga obligasi yang memberikan pendapatan Rp. 1,00 dengan bunga rb sebesar  1 / rb. Perubahan harga obligasi dapat dinyatakan sebagai berikut:
1                    drb
    rb            dt
Pendapatan dari obligasi (dalam arti riil) seluruhnya dengna demikian menajadi:
rb   1   drb
     rb       dt     
3.       Analogi dengan pendapatan dari obligasi, pendapatan riil dari kekayaan yang berbentuk saham seharga Rp.1,00 adalah :
re +  1  dp   -  1  dre
                                                                                               P  dt      re    dt
4.                  Kekayaan yang berupa barang fisik (bukan manusia) pendapatan riilnya tergantung  daripada perubahan harga barang, yakni sebesar
1                    dp
    P          dt


5.      Kekayaan yang bebentuk manusia (skill) sebenarnya tidak ada harga pasarnya, sehingga memang sulit untuk diukur dengan uang, oleh karean itu, friedman menggunakan ukuran perbandingan / ratio antara kekayaan nonhuman dengan human, yang dinyatakan dengan W.
Diatas telah ditunjukkan dua factor utama yang memepengaruhi permintaan uang, yakni besarnya kekayaan serta harga yang dalam hal ini diwujudkan dengan tinkgat bunga (rb dan re) serta harga barang dan jasa (P). factor lain yang tak kalah pentinfnya yaitu selera. Untuk mencakup factor-faktor yang mempengaruhi selera itu friedman memakai symbol U.
Dari uraian diatas dapat diformulasikan persamaan umum permintaan uang kas sebagai berikut :
M =
Dimana:
W  = Kecakapan
U   = Selera
Y/r            = Kekayaan Total
Beberapa formulasi diatas, seperti misalnya :
a.       Rb dan re dapat digunakan untukmewakili tingkat bunga umum (r). dengan demikian tingkat bunga umum (r) dapat diabaikan dalam formulasi tersebut.
b.      Apabila tidak ada perbedaan pendapat pemilik kekayaan tentang perubahan harga ataupun pendapatan serta obligasi dianggap sama dengna saham maka tindakan arbitrage (beli surat berharga )ditempat / Negara yang murah harganya kemudian dijual ditemapat(Negara) yang lebih mahal akan membuat harga saham obligasi sama diberbagai engara, sehingga dapat dituliskan formulasinya sebagai berikut :

Apabila dianggap bunga stabil,


Maka diperoleh formulasi :


Artinya tingakt bunga nominal (rb) sama dengan tingkat bunga riil (re) ditambah dnegna persentase perubahan harga   (1  dp )
                                               P    dt
Selanjutnya guna menyederhanakan analisa, friedman menganggap bahwa tingkat bunga rb maupun re stabil (artinya (1  dp ) = 0 , sehingga rb = re
                                          P    dt
Seperti halnya dengan analisa permintaan akan barang dan jasa yang mendasarkan diri pada maksimasi kepuasan, biasanya permintaan ini didasarkan atas besaran-besaran riil. Demikian juga pada analisa permintaan akan uang juga didasarkan atas besaran riil. Konsekuensinya, permintaanuang tidak terpengaruh oleh besaran-besaran nominal. Jadi apabila msalnya harga-harga barang dan pendapatan  (dalam arti nominal ) naik dua kali, maka permintaan uang (dalam arti nominal) juga akan naik  dua kali.
Perubahan proposionil inilah yang sring kita kenal dengna istilah permintaan “homogeneous) tingkat satu dalam harga dan pendapatan. Sehingga, persamaan permitaan diatas dapat ditulis sebagai berikut :



Besaran-besaran dalm tanda kurung telah diubah sesuai dengan penjelasan diatas. Dari persamaan ini, dapat diturunkan dua alternative formula fungsi permintaan akan uang sesuaidengan anggapan yang dipergunakan:
v  Apabila ×’ = 1/P, persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut :

Artinya perputaran uang dalam arti rill (M/P) tergantung atas besaran-besaran rill pula
v  Apabila ×’ = 1/Y, maka pormulasi permintaan uang menjadi :



Tingkat perputaran pendapatan (income velocity), sehinga persaman terakhir itu tidak lain adalahpersamaan kuantitas uang (Y=VM atau PT=VM). Dari hasil ini friedman kemudian menyatakan (membuat statement) bahwa teori kuantitas uang adalah teori tentang permintaan uang.
KONSEP FRIEDMEN
Dalam konsep ini berpangkal otak pada teori tentang permintaan uang sejalan dengan permintaan barang tahan lama. Definisi uang dalam analisa Friedmen adalah sebagai berikut:
M2 = Kartal + DD dan TD
Dimana DD = Giro ( Demond Deposit)
TD = Deposito ( Time Deposito)
Friedment mengemukakan bahwa TD mempunyai kaitan erat dengan uang. Beberapa persamaan friedmen dengan kuantitas klasik, kita uraikan sebagai berikut: M = kY = 1/V. Y atau Y=1/V. M = V.M
Beliau menegaskan teori fisher lebih canggih, hanya dia memberikan kompromi sedikit. Dia berbicara tidak lagi tentang nominal interest rate tetapi tantang differential interest rate antara interest rate money, ekspected inflation, dan lain-lain. Secara sistematis dirumuskan

IV.             FAKTOR-FAKTOR LAIN (SELAIN PENDAPATAN,  HARGA/TINGKAT BUNGA, DAN SELERA) YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG

4.1  Kekayaan Dari Masyarakat
Suatu masyarakat yang makin kaya dapat diperkirakan/diharapkan makin besar pula permintaan akan uang. Namun demikian, dengan makin banyak nya alternatifnya bentuk kekayaan yang dengan mudah dapt di tukarkan dengan uang kas serta dapat memperoleh bunga (misalnya tabungn atau surat berharga jangka pendek), maka tidak mesti bahwa kenaikan kekayaan yang cukup besar tercermin pula dengan kenaikan permintaan uang yang cukup besar, mungkin sebagian di wujudkan dalam bentuk kekayaan lain seperti  tabungan atau surat berharga jangka pendek yang dengan mudah dapat ditukarkan dengan uang kas.
4.2  Tersedianya Fasilitas Kredit
Dengan makin banyak serta makin mudanya fasilitas kredit (seperti misalnya adanya credit card, cara pembayaran dengan angsuran dan sebagainya) maka permintaan akan uang kas akan makin kecil. Dengan adanya “credit card” pembayaran sesuatu barang atau jasa tidak perlu dengan uang kas, sehingga keingan masyarakat akan uang kas makin kecil.
4.3  Kepastian Tentang Pendapatan Yang Di Harapankan
Apabila masyarakat lebih pasti tentang pandapatan yang diharapkan di masa mendatang, maka permintaan uang cendrung turun. Sebaliknya apabila masyarakat diliputi rasa ketakutan bahwa pendapatan yang diharapkan kemungkinan tidak menjadi kenyataan, maka permintaan uang kas cendrung naik.
4.4  Harapan Tentang Harga
Apabila masyarakat berharap bahwa kemudian hari harga-harga barang dan jasa akan turun, mereka cendrung menahan uang kas dengan menunda pembelian barang. Sebaliknya apabila diperkirakan harga-harga akan naik, permintaan uang oleh masyarakat cendrung turun. Dalam masa inflasi keinginan masyarakat utuk menahan uang kas sangat kecil, mereka lebih suka barter (barang dengan barang).

4.5  Tersedianya beberapa alternatif bentuk kekayaan
Permintaan uang akan makin besar apabila didalam masyarakat hanya tersedia sedikit variasi jumlah bentuk kekayaan. Sebaliknya apabila jumlah atau jenis alternatif kekayaan cukup banyak (seperti misalnya : tabungan, surat berharga, deposito dan sebagainya) maka perminaan uang akan cendrung makin kecil.
4.6  Sistem/Cara Pembayaran Yang Berlaku
Cara pembayaran ini berhubungan erat dengan sistem /proses produksi barang. Apabila proses produksi muali dari bahan mentah, sampai barang jadi demikian juga distribusinya dilakukan oleh beberapa perusahaan yang berbeda serta pembayarannya dilakukan dengan uang kas, maka permintaan uang kas akan makin besar. Sebaliknya, apabila proses produksi itu dilakukan oleh beberapa perusahaan yang tergantung secara vartikal, yang biasanya pembayaran tidak banyak dilakukan dengan uang kas, maka permintaan uang kas akan makin kecil.
Dari uraian diatas jelas, bahwa banyak sekali faktor yang ikut mempengaruhi permintaan uang. Banyaknya faktor inilah yang sering menimbulkan pertanyaan sampai seberapa jauh kemungkinan kita bisa menaksir serta masalah kestabilan permintaan akan uang. Apabila terjadi perubahan dalam keenam faktor diatas, maka akan terjadi penggeseran permintaan uang. Padahal perubahan faktor-faktor diatas sukar untuk diramalkan. Dalam keadaan demikian, maka permintaaan uangpun menjadi tidak stabil dan sukar diramalkan.
Namun kaum monetarist percaya/yakin  bahwa permintaan uang disamping dapat diramalkan jiga stabil, paling tidak terhadap beberapa besaran tertentu (misalnya pendapatan dan tingkat bunga). Keynesian, sebaliknya tidak percaya bahan permintaan uang itu stabil. Isyu tentang stabilitas ini penting, terutama inflikasinya terhadap kebijaksanaan moneter.
Dewasa iniisyu itu masih tetap berkembang terus, masing-masing pihak (monetarist – Keynesian ) tetap pada pendiriannya.
V.                FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AKAN UANG (TEORI KUANTITAS MODERN)
Dalam hal perumusan permintaan akan uang (perhatikan bahwa disisni permintaan akan uang adalah permintaan total dan tidak akan terbagi dalam bagian-bagian permintaan atas dasar “motif” seperti dalam teori Keynes) Fridmen melakukan beberapa pernyataan bahwa dia beranggapan bahwa memiliki kekayaan bias memiliki 5 (lima) bentuk kekayaan yang dipegang antara lain:
a.       Uang tunai ( M )
b.      Obligasi ( B )
c.       Saham-saham atau Equities ( E )
d.      Barang-barang fisik bukan manusia ( G )
e.       Kekayaan manusiawi (human capital) ( H )
Friedman menyatakan besar capital gain ditentukan dari perubahan dari tingkat bunga dari waktu ke waktu. Kalau tingkat bunga (R) naik, maka harga obligasi turun. Kalau tingkat bunga turun maka tingkat obligasi naik. Jadi besar capital gain  ditentukan oleh prosentase perubahan tingkat bunga dari waktu ke waktu atau oleh (dR/dt) Return total dari pemegang obligasi adalah R – Dr/ dt  perhatiakan tanda minus dari dr/ dt karena kalau dari perubahan R positif, berarti ada capital lain yang naik. Dan sebaliknya bila perubahan R tersebut negarif berarti capital gain yang positif.
Return untuk saham-saham atau Equities dianggap oleh Friedman serupa dengan return untuk obligasi, hanya saja di asumsikan bahwa return (dalam satuan uang atau in monetary terms)  untuk equitas ( E ) dianggap pula oleh perusahaan tingkat harga. Return untuk Equities :
R –  dR/dt    +  dP/dt
                                                                  R                P
maka untuk mengurangi kekurangan fleksibel struktur aktiva yang dipegangnya (karena H besar) ia akan cenderung memilih lebih banyak memgang uang tunai ( M daripada aktiva lain ( B + E + G + H )  maka semakin besar K semakin banyak M  yang diminta pemilik kekayaan tersebut semakin kecil relative terhadap B, E  dan G.
Dalam bentuk persamaan, maka permintaan akan uang tunai dari seseorang adalah :
M                    =          f (W,P,R,R - dR/dt  R -  dR/dt  +   dP/dt   ,  dP/dt , K, u)
                                                        R                 R             P             P
Beberapa jumlah aktiva akan dipegangnya dalam bentuk uang tunai ( M ) ditentukan oleh :
a.       Besarnya kekayaan total yang dimilikinya ( W );  semakin besar W  semakin banyak M yang dibutuhkan orang tersebut
b.      Perbandingan antara “Return” dari berbagai macam aktiva yang dimiliki yang bias dipegang. Semakin tinggi tingkat P , semakin besar  M nominal yang diminta, karena membutuhkan M  nominal.
Demikian pula semakin tinggi return untuk saham-saham, semakin kurang menaikkan bagi orang tersebut untuk memegang M.


c.       Rasio anatar kekayaan manusiawi dan kekayaan bukan manusiawi (K)


VI.             STUDI EMPIRIS
Dua hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan studi empiris tentang permintaan uang, yakni pertama data yang digunakan serta kedua , teknik statistic yang akan digunakan. Masalah data mencakup beberapa hal, diantaranya penentuan definisi daripada uang. Apakah akan dipergunakan definisi uang dalam arti sempit (M1) ataukah dalam arti luas  (M2) atau kedua-duanya.
Pemilihan ini sangat mempengaruhi hasil test permintaan uang. Masalah lain, adalah penentuan tingkat bunga yang akan dipakai. Apakah akan dipakai tingkat bunga jangka pendek (misalnya tingkat bunga surat berhargajangka pendek deposito 1 bulan, 2 bulan, 6 bulan) atau tingkat bunga jangka panjang. Disamping ke dua maslah diatas, masih ada satu masalah lagi, yakni pengukuran pendapatan (income) dan kekayaan (wealth). Ada beberapa definisi kekayaan, namun yang paling banyak dipakai adalah nilai sekarang dari sluruh pendapatan yang diharapkan.
Untuk memperkirakan pendapatan yang diharapkan ini, Friedman menggunakan konsep “ permanent income”, yakni pendapatan yang bedasarkan atas rata-rata tertimbang dari pendapatan sekarang dan masa lalu. Dan ternyata dalam studi empiris yang pernah dijalankan, besaran kekayaan ini paling baik (dari pada pendapatan) dalam menjelaskan permintaan uang.
Masalah teknik statistik yang sering timbul (terutama dalam analisa permintaan dan penawaran) adalah apa yang sering dikenal dengan “identification problem” (masalah dalam melakukan identifikasi). Secara ringkas masalah ini dapatlah dijelaskan sebagai berikut:
Jumlah uang kas yang diminta itu sebenarnya tidak ada dalam kenyataan (unobservable), yang ada adalah jumlah uang beredar. Jadi uang bias diketahui /dihitung adalah jumlah uang yang ada dalam masyarakat (suplay of money). Untuk mengetahui/menghitung jumlah uang yang diminta digunakan anggapan keseimbangan dalam pasar uang, sehingga jumlah uang yang beredar dipakai sebagai penaksir jumlah uang yang diminta. Masalah yang timbul, dalam menaksir hubungan jumlah uang dengan tingkat bunga, pendapatan dan besaran-besaran yang lain, yakni apakah yang ditaksir ini merupakan permintaan, penawaran uang atau keduanya. Gambar berikut menjelaskan masalh  ini.



Gambar 7.14
Permintaaan dan Penawaran Uang
 


 


 

Dalam gambar ini permintaan uang di gambarkan dengan garis turun miring ke kanan (Md). sedang penawarannya naik dari kiri bawah ke kanan atas (Ms). sekarang, masalhnya adalah menentukan hubungan antara jumlah uang yang diminta  dengan tingkat bunga dalam pasar uang tersebut. Hubungan yang dikehendaki ini akan dapat diperoleh (kurva permintaan) apabila penawaran uang yang berubah sedangkan permintaan tetap (seperti pada gambar a). sedangkan, apabila kenyataannya yang berubah adalah permintaan  (gambar b) maka sebenarnya yang diperoleh adalah hubungan yang menunjukakan penawaran, bukan permintaan.
Gambar 7.15.
Masalah Identifikasi
 







           
                       


 












                                                                           
Bahkan apabila kedua-duanya berubah akan diperoleh hubungan seperti  garis FF pada gambar (c) yang berbeda di antara permintaan dan penawaran.
Dari uaraian diatas jelas, bahwa penaksiran permintaan uang dapat menghadapi masalah identifikasi seperti tersebut diatas. Maunya menaksir permintaaan uang, kemungkinan malah memperoleh penawaran uang. Untuk mengatasi masalah ini ada teknik  statistik tertentu.
Dalam melakukan test fungsi permintaan uang dengan data yang tersedia sering digunakan model dengan besaran periode sebelumnya untuk jumlah uang (lag variable). Fungsi empiris yang hendak di test harus dirumuskan telebih dahulu, baru kemudian di cari garis regresinya. Salah satu contoh formulasi fungsi mpiris adalah sebagai berikut.
Secara tradisionil, permintaan uang (riil), merupakan fungsi dari tingkat bunga (r) and besaran lain, seperti pendapatan atau kekayaan (y). bentuk fungsinya dapat linier atau exsponensiil. Secara umum fungsi ini dapat diformulasikan sebagai berikut:


Persamaan kedua biasanya diwujudkan dengan persamaan logaritma.

Beberapa perubahan (modifikasi) sering dilakukan, seperti misalnya dengan menggunakan anggapan-anggapan penyesuaian persiil (patial adjustment). Artinya, masyarakat menyesuaikan kenyataan yang dicapai dengan keinginan yang  ingin di capai. Penyesuaian ini tentu saja tidak terjadi sekaligus, tetapi bertahap sebagian demi sebagian (oleh sebab itu di sebut “partial”). Secara matematis, formulasinya menjadi:

Setelah itu di kumpulkan data untuk masing-masing besaran dalam satu series yang cukup representative untuk dilakukannya untuk dilakukannya perhitungan regresi.
B.     PENAWARAN AKAN UANG

1.      Penawaran Uang Tanpa Bank
Teori-teori lama mengenai bagaimana uang beredar tercipta adalah sangat sederhana, dan mengagap seakan-akan perbankan tidak ada atau, kalau ada, tidak mempunyai pengaruh terhadap proses tersebut. Teori yang paling sederhana adalah merupakan gambaran dari sistem standar emas, dimana emas adalah satu-satunya alat pembayaran. Uang beredar atau uang yang ditawarkan di masyarakatnaik atau turun sesuai dengan tersedianya emas di masyarakat. Jumlah  uang emas beredar bias turun apabila, misalnya, emas dikirim ke luar negri untuk menutup defisit neracapembayaran, yaitu untuk membayar barang-barang yang  di impor yang jumlahnya lebih besar dari pada nilai barang-barang yang diekspor, atau karena industri-industri yang menggunakan emas dalam proses produksinya menyedot emas yang ada sehingga mengurangi jumlah emas yang tersedia untuk alat pembayaran.

Dalam sistem moneter seperti itu uang beredar benar-benar di tentukan oleh proses pasar,sedangkan pemmmerintah, bank sentral maupun perbankan tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya uang beredar. Semuanya serba otomatis dan sebenarnya tidak ada alasan bagi pemerintah atau Otorita Moneter untuk melakukan campur tangan di pasar uang yaitu melaksanakan kebijaksanaan moneter.
2.      TEORI PENAWARAN UANG MODERN
Dalam sistem standar kertas, sumber dari terciptanya uang beredar adalah otorita moneter ( pemerintah dan bank sentral ) dan lembaga keuangan ( keduanya bersama –sama kita sebut sebagai “ sistem moneter “ ). Otorita moneter merupakan supplier uang inti atau uang “ primer “ , sedang lembaga keuangan perbankan merupakan supplier uang “sekunder” bagi masyarakat.
Jadi sebenarnya pasar uang itu terdiri dari 2 “ sub – pasar “, yaitu, sub – pasar uang primer dan sub – pasar uang sekunder. Masing – masing mempunyai “ permintaan” dan “penawaran”nya. Namun kedua sub – pasar tersebut sangat erat berhubungan satu sama lain. Sub – pasar uang primer bersifat lebih fundamendal karena uang sekunder giral hanya bisa tumbuh karena ada uang primer. Uang sekunder ( giral ) “ diciptakan” oleh bank berdasarkan atas uang primer yang dipegang bank ( cadangan bank ). Tanpa ada uang primer tersebut tidak akan bisa diciptakan uang sekunder.
Proses terciptanya uang yang beredar adalah merupakan “proses pasar” artinya hasil interaksi antara pemintaan dan penawaran dan bukan sekedar percetakan uang atau suatu keputusan pemerintah belaka. Apabila misalnya pada suatu waktu permintaan akan uang inti tidak “ klop “ dengan penawaran uang inti, maka para pelaku dalam pasar uang masing – masing akan melakukan “ penyesuaian “ berupa tindakan – tindakan di sub – pasar uang inti sehingga akhirnya terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran . Demikian pula, apabila terjadi ketidakkeseimbangan antara permintaan dan penawaran di sub – pasar uang sekunder ( giral ). Proses penyesuaian ini akan terus terjadi ( di kedua sub – pasar tersebut ) sampai kedua sub – pasar tersebut mencapai keseimbangan secara bersama – sama ( simultan). Baru apabila keadaan ini tercapai, maka pasar uang secara keseluruhan tercapai, maka pasar uang secara keseluruhan mencapai keseimbangan yang sesungguhnya  ( equilibrium ). Apabila posisi equilibrium belum tercapai, maka akan terus terjadi proses “ penyesuaian” berupa tindakan – tindakan oleh para pelaku pasar uang. Usaha dari pelaku tersebut untuk mengubah struktur atau komposisi dari kekayaan yang ia pegang menuju ke arah struktur dan komposisi  yang inginkan.per
Apabila ia merasa bahwa terlalu banyak uang tunai ( pos “ kas “ ) yang ia pegang , ia bisa mengurangi jumlah uang tunai yang ia pegang sampai sejumlah yang ia benar – benar inginkan. Kelebihan uang tunai tadi bisa ia simpan dalam rekening gironya di bank ( jadi menambah pos “ deposito berjangka” dalam neracanya ) atau untuk membeli saham ( menambah pos “ saham “ dalam neracanya ) atau untuk membeli tanah (  menambah pos “ tanah” dalam neracanya ) atau untuk membeli barang – barang lain ( menambah pos “ barang – barang “ dalam neracanya ).
Inilah yang kita maksud dengan mengubah struktur atau komposisi kekayaan di atas. Dan tindakan ini pulalah yang kita maksud dengan tindakan “ penyesuaian “ tersebut di atas. Tindakan – tindakan semacam ini mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar uang, dan akan berhenti dilakukan apabila semua pelaku dalam pasar uang sudah “ puas” dengan struktur dan komposisi neraca ( kekayaan ) yang mereka punyai ( artinya, setiap pos dalam masing – masing neracanya adalah persis senilai yang ingin kan). Dalam teori moneter kita mempunyai istilah khusus bagi proses penyesuaian komposisi neraca ; kita menamakannya proses penyesuaian portofolio atau portfolio adjustment.
Anggap terjadi penambahan penawaran uang inti dari otorita moneter kepada masyarakat, misalnya saja karena pemerintah tiba – tiba menaikan pembelian atau pembelanjaan barang atau karena ada kenaikan gaji pegawai negeri. Pada putaran pertama, tambahan uang inti tersebut akan diterima oleh masyarakat dalam  bentuk tambahan uang tunai ( kartal ) yang mereka pegang. Ini mengganggu equiblirium yang sudah dicapai. Misalnya, tambahan uang itu tadi sebagian dipegang sebagai tambahan uang kartal, sebagian dipegang sebagai deposito berjangka dan sebagian dibelikan barang. Ini berarti mereka bahwa menahan sebagian dari tambahan uang dari tambahan uang itu untuk memenuhi “ permintaan”nya akan tambahan uang kartal , sebagian untuk memenuhi “ permintaan” nya akan tambahan uang giral ( deposito berjangka ) dan sisanya untuk memenuhi “permintaan’nya akan tambahan barang. Jadi struktur portofolio ( neraca ) mereka telah berubah dalam proses mencapai “keseimbangan” baru.
 Selanjutnya perubahan portofolio para penerima uang inti tadi mempengaruhi pula  portofolio bank ( cadangan bank bertambah ) dan juga portofolio penjual barang ( uang tunainya bertambah, tapi barangnya berkurang ). Selanjutnya ini akan mengundang proses penyesuaian portofolio bank dan penjual barang tersebut. Bank misalnya, bisa membeli SBI seperti dalam sekenario di atas, atau membeli sedikit SBI, sedikit menambah cadangan ( uang tunai) nya, sedikit membeli obligasi, sedikit memperbesar kreditnya kepada nasabahnya ( yang juga merupakan salah satu bentuk “aktiva” yang mungkin dipegang bank ). Demikian pula para penjual barang tersebut akan melakukan penyesuaian portofolionya sehingga mencapai struktur yang diinginkan. Tindakan-tindakan penyesuaian portofolio bank dan penjualan barang tersebut akan mempengaruhi portofolio Otorita Moneter (dengan pembelian SBI tersebut ), yang mungkin juga akan bereaksi dengan menyesuaikan portofolio penerima awal uang inti tadi. Seekalilagi disini terjadi proses penyesuaian portofolio yang berantai di antara para pelaku pasar uang. Proses ini akan terus belanjut sampai masing-masing mencapai struktur portofolio yang persis seperti yang diinginkan. ( Teori moneter menyatakan bahwa posisi equilibrium ini akhirnya akan tercapai juga, setelah terjadi banyak kali “putaran” penyesuaian portofolio ).
Tambahan uang inti dalam contoh diatas akhirnya akan menambah jumlah uang beredar ( M1 atau M2 ), setelah terjadi banyak kali putaran penyesuaian. Berapa besarr tambahan jumlah uang beredar yang akhirnya tercipta, tergantung pada sifat putara-putaran penyesuaian tersebut. Biasanya, tambahan uang beredar yang akhirnya diakibatkan oleh tambahan uang inti adalah lebih besar daripada tambahan uang inti tersebut.
Dengan lain perkataan tambahan uang inti sebesar Rp. 1,- akhirnya akan menambah uang beredar (bank M1 atau M2) yang lebih besardari Rp.1,- melalui proses penyesuaian portofolio tersebut sebenarnya telah terjadi semacam “pelipatan” uang bereda, atau terjadi proses multiplier. Proses inilah yang merupakan inti dari teori mengenai penawaran uang.
3.      PELIPAT UANG ATAU MONEY MULTIPLIER
Proses pelipatan uang atau money multiplier adalah proses pasar penyesuaian antara permintaan dan penawaran). Dan proses pelipatan itu dimungkinkan karena adanya lembaga yang disebut bank, yang tidak harus menjamin secara penuh uang giral yang diciptakan dengan uang tunai. Seandainya cash ratio yang dipegang bank adalah 100%, maka proses pelipatan tidakakan terjadi, meskipun proses “penyesuaian portofolio” tetap terjadi.
Kita bisa meringkas hasil dari proses pelipatan tersebut dalam dalil aljabar sebagai berrikut.
Uang inti (B) sebagian dipegang oleh masyarakat sebagai uang kartal (C) dan sisanya oleh bank sebagai cadangan bank (R).
                 B       =   C     +     R            (1)
Atas dasar cadangan bank (R) yang ada bank tersebut, bank menciptakan uang giral berupa saldo-saldo rekening koran (giro) yang dimiliki oleh masyarakat umum yang disimpan pada bank. Seluruh saldo ini kita sebut DD.
Jumlah uang beredar dalam arti sempit  (M1) adalah seluruh uang kartal (uang inti yang dipegang masyarakat) plus seluruh saldo rekening koran (giro) padas bank (uang giral).
                 M1    =   C     +     DD         (2)
Apabila persamaan (2) kita bagi dengan persamaan (1), dan kita deffinisikan C = C/M1 dan r =R/DD, dan selanjutnya kita pindahkan B ke sebelah kanan persamaan, kita peroleh :
                 M1    =   1c+r (1-c)B              (3)
Persamaan (3) ini adalah bagian dari uang inti “dilipatkan”
Menjadi uang beredar (M1). Sedangkan 1c +  r  (1-  c)    adalah koefisien pelipat uang atau money multyplier. Nilai koefisien ini biasanya lebih besar dari 1, karena bank c atau r adalah lebih kecil dari 1.
Nilai koefisien pelipatan uang tergantung pada nilai dari c dan r, semakin kecil nilai dari kedua ratio tersebut semakin besar nilai koefisien pelipat uang.
       Faktor – faktor yang mempengaruhi nilain uang kartal ( c ).
1.      “ keuntungan “ yang dihasilkan dari pemegangan uang dalam bentuk uang kartal dibandingkan dengan “ keuntungan “ dari pemegang uang dalam bentuk rekening giro pada bank.
2.      Kekayaan atau tingkat penghasilan seseorang menentukan pula c nya.
3.      Atas dasar perbedaan kebiasaan , tingkat pendapatan rata – rata serta tersedianya fasilitas perbankan.
4.      Di beberapa negara telah berkembang berbagai cara baru dalam pembayaran berbagai transaksi yang sebelumnya dilakukan dengan uang tunai.
5.      Terutama bagi negara – negara agraris, nilai c dipengaruhi pula oleh musim.
Faktor – faktor yang mempengaruhi cadangan bank ( r )
1.      Besarnya reserve requirement atau cash ratio yang diwajibkan oleh bank sentral.
2.      Biasanya bank memegang r yang lebih tinggi daripada r minimum ini, terutama untuk tujuan berjaga – jaga apabila ada kebutuhan mendadak ( misalnya beberapa nasabah besar tiba –tiba menarik cek )
Rumus pelipat uang bisa pula diperoleh untuk uang beredar dalam arti luas ( M2 ). Kita ingat bahwa M2 = M1 + deposito berjangka dan saldo tabungan pada bank ( TD ). Pembaca bisa mencoba sendiri bahwa hubungan antara M2 dan uang inti ( B ) adalah :
M2 = 1 +tc+r1 1-c + r2t B                                                ( 4 )
Di mana t = TD / M1
             r1= Ratio adalah cadangan bank untuk “ menjamin” DD dengan DD ( = R1 / DD ).
              r2= Ratio antara cadangan bank untuk “ menjamin” TD dengan TD ( R2 / TD ).
             c = C / M1
 Perbedaan dari koefisien pelipat ini dengan koefisien pelipat untuk M1 ( dalam persamaan ( 3 ) diatas ) adalah adanya variabel baru, yaitu t dan r2 variabel t ditentukan oleh perhitungan ekonomi masyarakdalam menimbang antara untung ruginya memegang C, DD atau TD. Tingkat bunga yang ditawarkan untuk deposito berjangka dan tabungan j semakin menarik tingkat bunga tersebut semakin tinggi t.
Disamping itu, menyimpan dalam TD juga mengandung resiko ( yang lebih besar dibanding memegang  C dan DD  ) karena penurunan nilai matauang, yaitu kerugian kapital karena menurunnya daya beli uang yang disimpan karena “ dimakan “ inflasi. Laju inflasi merupakan biaya atau tepatnya opportunity cost, dari pemegangan kekayaan dalam bentuk aktiva moneter, seperti C, DD (terutama) TD. Oleh sebab itu laju inflasi mempengaruhi t : laju inflasi cenderung membuat t rendah. Variabel r2 dipengaruhi oleh faktor – faktor yang hampir sama dengan faktor – faktor yang mempengaruhi r1. 
4.      IMPLIKASI KEBIJAKAN

Disimpulkan bahwa pemerintah ( atau otorita moneter ) di atas bisa mempengaruhi perkembangan uang beredar M1 atau M2 melalui 2 cara, yaitu : a) dengan jalan mempengaruhi koefisien pelipat uang dan / atau b) dengan jalan mempengaruhi perkembangan uang inti ( B ). Inilah jalur utama bagi “ kebijaksanaan moneter “.
       Di atas telah kita bicarakan faktor – faktor apa yang mempengaruhi unsur – unsur yang mempengaruhi unsur – unsur yang membentuk koefisien pelipat uang ( c, r1, r2, t ). Apabila kita bisa mempengaruhi faktor –faktor ini, maka sebenarnya kita bisa pula mempengaruhi nilai koefisien itu sendiri.
Menurunkan c
a)      Menawarkan bunga yang menarik bagi rekening giro, deposito berjangka dan tabungan.
b)      Membuka cabang – cabang baru atau memperluas kegiatan perbankan di pedesaan
c)      Memperluas penggunaan credit cards dan  charge accounts
d)      Mempercepat urbanisasi
Menurunkan r1 dan r2
a)      Menurunkan reserve requirement untuk rekening.
b)      Mempermudah pinjaman dari bank sentral kepada bank – bank apabila bank – bank memerlukan dana untuk kebutuhan darurat ( ini mengurangi perlunya bank  untuk memegang excess reserve yang besar ).
c)      Mengembangkan pasar uang antar bank sehingga bank yang kekurangan dana bisa dengan mudah memperoleh dana dari bank yang kelebihan dana.
Meningkatkan t
a)      Menawarkan bunga yang menarik bagi deposito berjangka dan simpanan tabungan.
b)      Memberikan kemudahan – kemudahan perpajakan bagi pemegang deposito berjangka / tabungan.
c)      Mempromosikan deposito berjangka dan tabungan di daerah pedesaan, sehingga menarik orang – orang yang biasanya menyimpan kekayaannya dalam bentuk ternak, tanah, emas, dan sebagainya.
d)      Mengendalikan inflasi serendah mungkin, sehingga opportunity cost bagi pemegang deposito berjangka dan tabungan adalah minimal.

Kita lihat bahwa memang ada berbagai cara untuk mempengaruhi uang beredar melalui koefisien pelipat uang. Namun dalam praktek, faktor yang biasanya lebih menentukan perkembangan M1 dan M2 adalah perubahan uang inti ( B ) itu sendiri. uang inti tidak lain adalah “ utang “ dari otorita moneter kepada masyarakat dan lembaga keuangan. Bagaimana “ hutang “ tersebut bisa timbul? Hakekatnya ada 3 cara utang bagaimana “ hutang “  tersebut timbul.
Cara pertama adalah melalui percetakan uang baru. Peristiwanya mungkin dimulai dengan adanya defisit dalam anggaran belanja Pemerintah yang tidak bisa ditutup dengancara lain(seperti  pinjaman dari luar atau dalam negeri). Cara  yang kedua adalah melalui pemberian pinjaman oleh Bank Sentral kepada bank- bank (di indonesia ini disebut kredit likuiditas) atau kepaada lembaga- lembaga lain di masyrakat (di indonesia dikenal dengan nama kredit langsung, misalnya kredit kepada Bulog dan sebagainya). Cara yang ketiga adalah lewat transaksi dengan luar negri. Untuk menggambarkan proses terciptanya uang inti melalui cara ini kita anggap bahwa semua kegiatan ekspor maupun impor dilaksanakan oleh perusahaan swasta. Dalam suatu tahun anggaplah bahwa penerimaan ekspor negara tersebut melebihi pengeluaran impornya. Dengan lain perkataan, terjadilah surplus dalam neraca perdagangannya.
Ketiga sumber perubahan uang inti tersebut bisa kita nyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
                                                                                                                                                                        B =  CG + CB  + NFA                 (5)
Di mana:
CG = Saldo rekening pemerintah pada Bank Sentral
CB = Saldo rekening giro masyrakat dan lembaga keuangan pada Bank Sentral
NFA= Net Foreign Assets atau Aktiva Luar Negeri Netto dari Bank Sentral

Apabila uang baru dicetak maka CG meningkat. Apabila kredit likuiditas dan kredit langsung Bank Sentral meningkat, maka CB meningkat. Apabila surplus neraca ppembayaran (atau kenaikan cadangan devisa) maka NFA meningkat. Kadangkala CG dan CB digabung menjadi satu dan disebut domestic credit (CD), sehingga persamaan (5) menjadi:
B = DC + NFA   (6)
Apabila persamaan (5) digabung dengan persamaan (3), maka kita peroleh persamaan.

M1=  1c +r ( 1-c )         ( CG + CB + NFA )       ( 7 )

Atau apabila kita nyatakan dalam “ perubahan “ ( ∆ ), kita peroleh

∆M1 = 1c+r ( 1-c )       ( ∆CG +∆CB + ∆NFA )      ( 8 )

Persamaan (8) secara jelas menunjukkan peranan kebijaksanaan moneter dalam mengelola M1. Kebijaksanaan moneter bisa diarahkan untuk mempengaruhi uang inti (B) melalui: (a) kebijaksanaan pembiayaan anggaran Pemerintah, yaitu mempengaruhi CG, (b) kebijaksanaan perkreditan Bank Sentral, yaitu CB, (c) kebijaksanaan yang menyangkut hubungan perdagangan dan aliran modal dengan luar negeri (seperti kebijaksaan penggalakan ekspor bea masuk pada impor, kebijaksanaan kurs devis, kebijaksanaan penanaman modal asing) yang mempengaruhi NFA. banyak cara untuk mempengaruhi M1 atau M2, dan langkah atau cara mana yang cocok tergantug pada keadaan yang dihadapi. Teta[i biasanya kombinasi dari beberapa atau semua cara tersebut sering dipakai dalam kenyataan.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Teori permintaan uang sebenarnya dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tentang alokasi uang sumber-sumber ekonomi sifatnya terbatas. Pada prinsipnya, dengan sumber ekonomi yang terbatas, manusia haruslah memilih alokaasi yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya (dus, prinsip ekonomi). Apa bila mereka ingin memperbanyak konsumsinya misanya, maka jumlah kekayaan (yang terdiri pendapatan dan kekayaan lainnya) akan semakin kecil.
penawaran akan uang
Penawaran Uang Tanpa Bank
Teori-teori lama mengenai bagaimana uang beredar tercipta adalah sangat sederhana, dan mengagap seakan-akan perbankan tidak ada atau, kalau ada, tidak mempunyai pengaruh terhadap proses tersebut. Teori yang paling sederhana adalah merupakan gambaran dari sistem standar emas, dimana emas adalah satu-satunya alat pembayaran.
teori penawaran uang modern
Dalam sistem standar kertas, sumber dari terciptanya uang beredar adalah otorita moneter ( pemerintah dan bank sentral ) dan lembaga keuangan ( keduanya bersama –sama kita sebut sebagai “ sistem moneter “ ). Otorita moneter merupakan supplier uang inti atau uang “ primer “ , sedang lembaga keuangan perbankan merupakan supplier uang “sekunder” bagi masyarakat.




3.2 SARAN

Dengan adanya makalah ini semoga apa yang telah kita harapkan untuk mejadikan keinginan yang ingin kita peroleh lebih baik dari apa yang telah diharapkan. Maklah ini sangat membutuhkan saran dalam memperbaiki makalah ini kedepannya agar memperoleh nilai guna yang ingin diperoleh menjadi lebih bertambah. Sehingga memperoleh manfaat yang besar bagi kita semua.

























DAFTAR PUSTAKA

Nopirin. 1986. Ekonomi Moneter 1. Yogyakarta:BPFE.
Boediono. 1985. Ekonomi Moneter Edisi 3. Yogyakarta:BPFE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar