Sabtu, 07 Mei 2011

TEORI MONETER KLASIK

TEORI MONETER KLASIK
Dosen Pengampu :
Dr.Hj. Muazza, Msi

logo-unja.png

DISUSUN OLEH :
NAMA                                                            NIM
ZUHRI SAPUTRA HUTABARAT    RRA1A109059
HERMITA                                          RRAIAI09038
WINIYATI                                         RRAIAI09014
RAHMAWATI                                   RRAIAI09070
NURHASNI                                        RRAIAI09020
AYU WULANDARI                           RRAIAI09058



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2011



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan ridhonya penulis  dapat menyelesaikan makalah tentang TEORI MONETER KLASIK  Sehingga tepat pada waktunya.
Dalam menyelesaikan makalah ini tentunya penulis banyak menemui halangan dan rintangan tetapi dengan bantuan dari teman-teman maka halangan dan rintangan tersebut dapat dilalui oleh penulis dengan baik. Untuk itu sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      DR.Hj.Muazza M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Moneter dan Perpajakan yang telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
2.      Ayah dan bunda yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan memberi dukungan penuh yang tak ternilai harganya,yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu dan tak dapat penulis berikan apa-apa kecuali permohonan doa kepada ALLAH SWT semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari ALLAH SWT.
3.      Teman-teman yang telah bersedia memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

 Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca khususnya Mahasiswa Reguler Mandiri Universitas Jambi.
                                                                                               Jambi,      Maret  2011


                                                                                                                                    Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Teori moneter Klasik didasarkan pada JB. Say, Irving Fisher dan A. Marshall. J.B.
Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya yang menyatakan bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand). Artinya, bahwa suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau yang disebet oleh Maltus underconsumtion. Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full empoloyment).

2. Manfaat

1.      menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang mata kuliah ekonomi industry khususnya dalam bahasan ini yakni teori Moneter Klasik.

2.      Dapat aplikasikan di kehidupan kita baik secara formal maupun secara informal yang dapat menambah dinamika ilmu pengetahuan kita.

3.Tujuan

1.      Memenuhi persyaratan dalam mata kuliah ekonomi Moneter yaitu tugas kelompok

2.      Agar mahasiswa dapat menjadikan pelajaran yang tersirat dalam makalah Teori Moneter Klasik ini.

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

Para tokoh utama Teori Moneter Klasik antara lain John Babtis Say, Irving Fisher dan A. Marshall. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand). Artinya, suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau underconsumption (Malthus). Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full employment).
Potensi output yang dapat dihasilkan tergantung pda tingkat teknologi dan banyaknya faktor produksi tenaga kerja. Makin tinggi tingkat teknologi dan makin tinggi jumlah serta kualitas tenaga kerja tingkat output potensial yang dapat dihasilkan juga makin besar. Artinya, tingkat full employment output dapat menjadi lebih besar. Keadan yang selalu full employment ini dapat tercapai melalui bekerjanya mekanisme pasar, yang oleh Adam Smith disebut dengan invisible hand.
Bila seseorang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu akan menurunkan upah yang dikehendakinya samapai ada pengusaha yang mau mempekerjakannya. Demikian pula apabila terdapat pengusaha yang tidak dapat menjual semua hasil produksinya, maka dia akan menurunkan harganya sampai terjual habis.
Upah dan harga yang bebas berubah akan menjamin selalu terdapatnya keseimbanagn dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai hasilsaling mempengaruhinya antara permintaan dan penawaran melalui prinsip laissez faire (bebas, tanpa ada campur tangan pemerintah)
Tetapi Malthus menyangah argumentasi di atas dengan mengatakan bahwa meskipun produksi barang dan jasa tersebut menimbulkan pendapatan dalam jumlah yang sama dengan nilai total barang dan jasa, namun tidak dapat dipastikan bahwa pengeluaran untuk pembelian mesti sama dengan nilai barang dan jasa tersebut.
Penawaran memang akan menciptakan tenaga beli, nmun belum menciptakan pengeluaran dengan jumlah yang sama.Misalnya jika masyarakat menabung terlalu banyak dari pendapatannya (lebih banyak dibandingkan dengan keinginan perusahaan untuk melakukan investasi), maka ada sebagian produksi yang tidak terjual.
Akibatnya pengusaha akan memperkecil volume produksi, sehngga akan terjadi pengangguran. Pengusaha akan terus mengurangi produksinya sampai sisa yang tidak terjual itu habis semua, sehingga pendapatan akan menjadi lebih rendah daripada semula.
Sedang menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat tersebut tidak berarti dana hilang dari peredaran, tetapi dipinjam atau dipakai oleh pegusaha untuk membiayai investasinya. Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya, sedang pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut.
Adanya kesamaan antara tabungan dengan investasi (tabungan meningkat = investasi meningkat), adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga. Tingkat bunga akan berfluktusi sehingga keinginan investasi perusahaan samadengan keinginan menabung masyarakat.

A. TEORI KLASIK TENTANG TINGKAT BUNGA
Menurut teori klasik, tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan / mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
Begitu juga investasi, makin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebutyang merupakan ongkos dari penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investaasi, sebab biaya penggunaannya juga lebih kecil.
Tingkat bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Secara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan sebagai berikut :



Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga
Gambar grafik keseimbangan tingkat bunga






Jumlah rupiah yang ditabung Dan diinvestasika

Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik i0, dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga diatas i0, maka jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Sebaliknya apabila tingkat bunga dibawah ini, para pengusaha akan bersaing untuk memperoleh dana yang relatif jumlahnya kecil. Persaingan ini akn mendorong tingkat bunga naik ke i0.

B. TEORI KUANTITAS UANG
Teori moneter banyak dihubungkan dengan teori kuantitas uang yang beranggapan bahwa faktor yang banyak mempengaruhi nilai uang adalah jumlah uang yang beredar (quantity of money atau supply of money). Menurut paham klasik, uang tidak memiliki pengaruh terhadap sektor riil, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau pendapatan nasional. Pendapatan nasional ditentukan oleh jumlah dan kualitas tenaga kerja, jumlah yang dipakai serta tehnologi.
Tanpa perubahan dari faktor-faktor produksi maka pendapatan tidak akan berubah. Teori ini sebenarnya adalah teori mengenai permintaan sekaligus penawaran akan uang beserta interaksi antara keduanya. Fokus dari teori tersebut adalah pada hubungan antara penawaran uang (jumlah uang yang bereda) dengan nilai uang(dengan tingkat harga). Hubungan antara kedua varianel tersebut dijabarkan lewat konsepsi (teori) mengenai permintaan akan uang. Perubahan akan jumlah uang yang beredar berinteraksi dengan permintaan akan uang dan selanjutnya menentukan akan permintaan nilai uang.
Uang, pengaruhnya hanyalah terhadap harga harga barang. Bertambahnya uang beredar akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Jumlah output yang dihasilkan tidak berubah. Inilah yang disebut dengan classical dichotomy, merupakan pemisahan sector moneter dengan sector riil.sektor moneter tidaka ada hubungannya dengan sector riil. Uang hanya merupakan suatu tudung saja dalam perekonomian

1                   Teori Irving Fisher
Teori ini mendasar pada hukum Say bahwa ekonomi akan selalu berada dalam keadaan full employment. Secara sederhana Irving Fisher merumuskan teorinya dengan persamaan :
MV = PT
Dimana :
M : jumlah uang
V : tingkat perputaran uang (velocity)
P : harga barang
T : volume barang yang menjadi obyek transaksi
Persamaan diatas merupakan identitas sebab selalu benar. Artinya jumlah unit barang yang ditransaksikan (T) dikalikan dengan harga (nilai harga tersebut) harus/selalu sama dengan jumlah uang (M) dikalikan dengan perputarannya (total pengeluaran transaksi). Dengan kata lain, total pengeluaran (MV) = nilai barang yang dibeli (PT).
Dalam rumus MV =PT yang dimaksud M adalah common money saja, yaitu jumlah uang logam ditambah dengan jumlah uang kertas negara ditambah dengan jumlah uang kertas bank jadi uang giral belum dimasukkan dalam M tersebut. sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat adalah common money ditambah demand deposit money dengan kata lain uang giral ditambah uang kartal. Jenis rumus diatas masih terlalu sempit karena belum diperhatikan uang giral dengan kecepatan berputarnya. Oleh karena itu fisher memperluas rumusnya menjadi MV + M 1V1 = PT. M1 dimaksudkan uang giral sedang V1 kecepatan berputarnya uang giral.
Sekarang akan dijelaskan mengenai pengaruh M,V dan T terhadap harga (juga terhadap nilai uang) apabila salah satu factor yang mempengaruhi nilai uang mengalami perubahan.
a.       Jika M naik maka V dan T tetap, akibatnya P akan naik, sebaliknya M turun sedang V dan T tetap , akibatnya V akan turun. Dengan kata lain M naik V dan T tetap akan mengakibatkan nilai uang turun, sebaliknya jika M turun, V dan T tetap maka berakibat nilai uang naik.
b.       Jika V naik sedang M dan T tetap akibatnya P akan naik sebaliknya jika V turun sedang M dan T tetap akibatnya T akan turun. Dengan kata lain jika V naik, M dan T tetap akan mengakbatkan nilai uang turun, sedang jika V turun , M dan T tetap akan berakibat nilai uang naik
c.       Akan tetapi jika T naik sedang M dan V tetap akibatnya P turun sedang jika T turun , sedang M dan V tetap maka P akan naik dengan kata lain jika T naik sedang M dan V tetap berakibat nilai uang naik sebaliknya jika V turun sedang M dan T tetap akan berakibat nilai uang naik.
1.1 Teori Kuantitas dari Recardo
Recardo adalah orang yang mula-mula menemukan teori nilai uang dengan mengemukakan bahwa kuat dan lemahnya nilai uang sangat tergantung dari pada jumlah uang yang beredar. Jika jumlah uang berubah menjadi 2 kali lipat maka nilai uang akan menurun setengah kali dari semula, sebaliknya jika jumlah uang kurang hingga setengah, maka nilai uang akan menjadi dua kali lipat. Hal itu terjadi, karena bila jumlah uang naik menjadi 2 kali lipat maka akan berpengaruh terhadap harga yang naik menjadi dua kali lipat dan otomatis nilai akan menurun menjadi setengahnya.
Teori ini dituliskan dengan rumus sebgai berikut:
M = kP
Dimana:
M = kuantity of money
P = general price level
Jumlah uang beredar semula sebesar OM, dan tingkat harga setinggi OP1. Bila jumlah uang naik dua kali lipat (OM2) maka harga naik pula dua kali (OP2) dan nilai uang turun setengahnya.



1.2 Teori Kuantitas dari Irving Fisher
Irving Fisher berusaha memperbaiki teori Ricardo dengan memasukkan ketiga faktor yang mepengaruhi nilai uang. Teori dari Irving Fisher ini bernama” the transaction equation of exchange” yang menyatakan bahwa “Setiap pembayaran oleh rumah tangga, pengusaha, maupun pemerintah pada pihak lain merupakan suatu perkalian antara harga dan kuantitasnya yang sama dengan perkalian jumlah uang yang beredar dan kecepatan perputarannya”. Secara matematis, hubungan ini dapat ditulis
MV= PT
Dimana:
M = Quanti of money
V= velocity of circulation of money
P= price level
T= volume of good and services.
M x V menunjukkan jumlah pembayaran/pengeluaran yang dilakukan masyarakat dalam suatu jangka waktu tertentu. Di lain pihak pembayaran itu adalah untuk pembelian terhadap barang dan jasa (T), sedang T ini harus diketahui harganya (P), sehingga jumlah pembelian dinyatakan
M x V = P x T.
Dari rumus ini dapat ditentukan tingkat harga dan nilai uang, yaitu tingkat harga sama dengan jumlah uang dikalikan kecepatan perputarannya dibagi jumlah barang yang diperdagangkan:
P = MV/T sedang nilai uang
W = 1/P.

            Kenyataan menunjukkan bahwa faktor P itu pasif tidak selalu benar. Kadang- kadang P dapat pula memainkan peranan yang menentukan dalam mempengaruhi kecepatan perputaran uang. Dengan demikian antara M, V P dan T terdapat hubungan yang saling pengaruh mempengaruhi. Kenyataan inilah yang dapat melemahkan teori Irving Fisher sebagai alat analisa moneter.

1.3 Teori Kuantitas dari D.H. Roberston
Teori kuantitas dari Irving Fisher diformulasikan kembali oleh D.H. Robertson menjadi M = kPT. Sebenarnya kedua teori ini sama, perbedaanya terletak pada pendekatannya. Irving Fisher meninjau melaui transaction velocity (kecepatan rata-rata transaksi uang). D.H. Robetson mendekati melaui cash balance (lama rata-rata uang menganggur). Oleh karena teori kuantitas dari Robetson ini disebut cash balance equaition., Faktor V dalam transaction velocity approach oleh Robertson diganti dengan k dalam cash balance approach. k yang menunjukkan berapa lama rata-rata tiap rupiah mengaggur dalam cash adalah merupakan kebalikan dari V yang menunjukkan berapa kali tiap-tiap rupiah berpindah tangan.
Jadi k = 1/V
dan kalau pada rumus
M = kPT, kita ganti k menjadi 1/V. maka diperoleh rumus;
            M = TP/V atau
MV = PT.
1.4 Teori Kuantitas dari Marshall
Apakah teori-teori kuantitas di muka lebih menitikberatkan perhatian pada hubungan antara jumlah uang dengan harga, maka Mrshall memperhatikan hubungan antara jumlah uang dengan pendapatan nasional dengan rumus:
M= kY


Dimana:
M = Quanity of money
Y = pendapatan dalam bentuik uang
K = bagian dari pendaoatan yang tidak dibelanjakan dan ingin dikuasai
dalam bnetuk uang
Karena pendapatan uang itu berasal dari jumlah produksi dikalikan dengan harga
(PO) maka rumus Fisher dapat dituliskan sebagai
MV= PO = Y.
Teori Marshall merupakan awal dari teori permintaan akan uang. Teori ini masih sangat sederhana, terkandung didalamnya beberapa kelemahan, kemudian kelemahan- kelemahan ini disempurnakan oleh teori berikutnya. Kelemahan pertama adalah bahwa dalam kenyataannya adalah V tidak tetap, baik di negara maju maupun di negara berkembang. V cenderung tidak konstan. Kelemahan kedua adalah teori klasik mengabaikan pengaruh tingkat bunga terhadap perimtaan uang. Teori kuantitas uang menganggap bahwa permintaan akan uang kas tidak dipengaruhi oleh tingkat bunga (sebab motif utama untuk memegang uang adalah untuk transaksi, yang besarnya tergantung dari pendapatan

2                  Kritik terhadap teori kuantitas irving Fisher
Walaupun teori ini bayak digunakan orang sebagai alat untuk mempelajari ilmu ekonomi, namun kedapatan beberapa kritik terhadap teori tersebut. Dalam rumus Fisher MV=PT, ada dua hal yang tidak dimasukan kedalam perhatian. Kedua hal tersebut adalah pembayaran yang dilakukan karena pembelian barang dalam saat sebelumnya dan pembelian barang yang pembayarannya dilakukan diwaktu kemudian. hayalah jika kedua hal ini saling menetralisir maka rumus Fisher ini diakui kebenarannya.
Jadi MV=PT, bilamana Ev-Ee=O, dimana Ev adalah pembayaran karena pembelian barang dalam saat-saatnya sebelumnya, dan Ee adalah pembelian barang yang pembayarannya dilakukan diwaktu kemudian. Dus tepat menurut pendapat ini kalau rumus Fisher diganti menjadi MV-EV+Ee=PT.
Selanjutnya dalam rumus fisher itu, tidak diperhatikan adanya pembayaran pembayaran yang hanya dalam bidang keuangan saja tanpa disertai pertukaran barang, misalnya perdagangan efek efek, pembayaran – pembayaran bunga, pajak dan premi pertanggungan. Jika jumlah pembayaran –pembayaran ini misalkan Ef, maka rumus yang tepat adalah MV = PT + Ef, sesungguhnya perbedaan rumus ini dengan rumus fisher terletak dalam perbedaan definisi V . V dalam rumus fisher = PT/M , sedangkan V dalam rumus MV = PT + Ef adalah ( PT + Ef)/M. V dalam MV = PT adalah kecepatan peredaran dari uang atau trade velocity of money, sednag V dalam MV = PT + Ef adalah kecepatan peredaran tramsaksi dari uang atau the transaction velocity of money.
Jika diperhatikan kedua kritik di atas Nampak bahwa pembayaran – pembayaran dalam kredit tidak diikut sertakan. Yang kedua mengkritik karena transaksi – transaksi yang hanya dalam bidang keuangan tidak turut di hitung. Selain itu ada pula yang beranggapan bahwa rumus fisher merupakan tautology artinya rumus fisher bukanlah merupakan persamaan melainkan identitas.

3                  Cambridge/Marshall Equation
Marshall memandang persamaan Irving Fiesher dengan sedikit berbeda. Dia tidak menekankan pada perputaran uang (velocity) dalam suatu periode malainkan pada bagian dari pendapatan (GNP) yang diwujudkan dalam uang kas. Secara matematika sederhana, teori Marshall dapat ditulis sebagai berikut :
M = k.P.Y
Dimana  :  
M   : Jumlah Uang
k    : Bagian dari GNP yang diwujudkan uang kas, k = 1/v
P    : Harga (price) Y    : GNP riil

Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T) sebagai alat pengukur jumlah output, tetapi diganti dengan Y. T lebih besar dari Y, karena Y tidak termasuk barang setengah jadi.Persamaan Marshall sudah menunjukkan adanya permintaan uang dimana masyarakat menghendaki bagian tertentu dari pendpatannya diwujudkan dalam bentuk uang kas, yang ditunjukan dengan nilai k. (teori kuantitas uang)
Menurut teori kuantitas uang, perubahan jumlah uang  mengakibatkan perubahan harga secara proporsional. Kalau jumlah uang itu naik 2 kali, harga juga akan naik 2 kali.
Pandangan di atas didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut :

a.       Dalam Persamaan MV = PT, T dianggap tetap karena selalu dalam keadaan full employment (Say)
b.      Velocity juga dianggap tetap, karena perubahan cara pembayaran akan terjadi dalam waktu yang lama, sehingga k = 1/v juga tetap.














BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Para tokoh utama Teori Moneter Klasik antara lain John Babtis Say, Irving Fisher dan A. Marshall. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand). Artinya, suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau underconsumption (Malthus). Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full employment).
Teori klasik tentang bunga
Menurut teori klasik, tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan / mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
Teori klsik tentang uang
a.       Teori Irving Fisher
b.      Teori Kuantitas dari Recardo
c.       Teori Kuantitas dari D.H. Roberston
d.      Cambridge/Marshall Equation

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : http://www.scribd.com/doc/12991523/Tugas-Ekonomi-Moneter, Diakses pd tgl 25 feb 2011 pkl 8:49
Nopirin. 1986. Ekonomi Moneter 1. Yogyakarta:BPFE.
Boediono. 1985. Ekonomi Moneter Edisi 3. Yogyakarta:BPFE.
Manulang. 1980. Ekonomi Moneter. Jakarta:Galia Indonesia





Tidak ada komentar:

Posting Komentar