Rabu, 08 Juni 2011

PARADIGMA STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA
DAN KLUSTER INDUSTRI

DOSEN PENGAMPU :
Drs. M Arif Liputo, M.Pd

LOGO UNJA 1
DISUSUN OLEH :
NAMA :                                                                                                         NIM :

ZUHRI SAPUTRA HUTABARAT                                                 RRA1A109059
SYLVIA HASWITA                                                                         RRA1A109045
MEI FRANCISKA                                                                                        RRA1A109057
ONDHERSON M S                                                                                       RRA1A109013
SITI RAHMA                                                                                                RRA1A109077
YUNALIS                                                                                                      RRA1A109009
RENA DIANA                                                                                               RRA1A109079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2011

KATA PENGANTAR


               Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan ridhonya penulis  dapat menyelesaikan makalah tentang  PARADIGMA STRUTUR, PERILAKU, KINERJA DAN KLUSTER INDUSTRI Sehingga tepat pada waktunya.
               Dalam menyelesaikan makalah ini tentunya penulis banyak menemui halangan dan rintangan tetapi dengan bantuan dari teman-teman maka halangan dan rintangan tersebut dapat dilalui oleh penulis dengan baik. Untuk itu sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Ø  Drs. Arif Liputo, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah ekonomi sumber daya yang telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Ø  Ibunda dan Ayahanda yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan memberi dukungan penuh yang tak ternilai harganya,yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu dan tak dapat penulis berikan apa-apa kecuali permohonan doa kepada ALLAH SWT semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari ALLAH SWT.
Ø  Teman-teman yang telah bersedia memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

          Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca khususnya Mahasiswa Reguler Mandiri Universitas Jambi.

                                                                                               Jambi,      Juni 2011

                                                                                                                                    Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam pembahasan ini mencoba membedah industrialisasi dalam perspektif “ekonomi Industri”. Sekaligus memotret bagaimana dinamika perkembangan industri Indonesia sejak era Presiden Sukarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Ekonomi industri pada hakikatnya merupakan disiplin ekonomika organisasi industri (industrial organization economics). Pendekatan populer dalam ilmu ini adalah berusaha menjelaskan organisasi dengan melihat hubungan antara struktur industri, perilaku organisasi, dan kinerja organisasi, atau dikenal dengan paradigma struktur, perilaku, kinerja (Strukture Conduct, Performance/SCP).
Prinsip SCP menjelaskan bagaimana perusahaan berperilaku (conduct) dalam menghadapi struktur pasar tertentu dalam suatu industri. Dari perilaku tersebut akan tercipta suatu kinerja (performance) tertentu dimana perbedaan struktur dan perilaku akan mempengaruhi kinerja yang tercermin dalam harga, efisiensi, dan tingkat inovasi.

RUMUSAN MASALAH
Gejala ketergantungan dianalisis dengan pendekatan keseluruhan yang memberi tekanan pada sisitem dunia. Ketergantungan adalah akibat proses kapitalisme global, dimana negara pinggiran hanya sebagai pelengkap. Keseluruhan dinamika dan mekanisme kapitalis dunia menjadi perhatian pendekatan ini. Dengan hal ini yang akan di bahas dalam makalah ini.

MAFAAT
Struktur industri didefinisikan dalam terminologi distribusi jumlah dan ukuran dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri (Bain 1968). Struktur industri merupakan cerminan dari struktur pasar suatu industri (Kuncoro 2007). Dalam studi empiris mengenai struktur industri, digunakan pengukuran konsentrasi untuk mengukur intensitas dari persaingan dalam industri. Konsentrasi industri ini menginformasikan ukuran relatif dari perusahaan-perusahaan yang ada pada pasar (Jacobson 1996). Terdapat beberapa alat pengukuran konsentrasi yang umum dipergunakan untuk menggambarkan distribusi dari pangsa pasar di antara perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri, yaitu: Rasio Konsentrasi, Indeks Herfindhal, dan Koefisien Gini.

TUJUAN
Ciri penting dan utama dari klaster adalah konsentrasi geografis dan spesialisasi sektoral. Dengan kata lain, klaster merujuk pentingnya spesialisasi dalam suatu daerah geografis yang berdekatan. Kebijakan ini menggantikan paradigma lama dimana kebijakan industri nasional sering dihubungkan dengan penentuan target sektor-sektor dan industri tanpa menghiraukan dimana sektor-sektor itu berlokasi dalam sebuah negara. 


BAB II
PEMBAHASAN

PARADIGMA STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA
DAN KLUSTER INDUSTRI

Para pakar strategi mengaju pada tiga (3) alternative model agar dapat memperoleh keunggulan kompetitif, yaitu :
1.      Model organisasi industry (industrialisasi- organization atau O/I)
2.      Model berbasis sumber daya (Resour-Besed View atau RBV)
3.      Model gerilya (Guerilla)

I.                   PARADIGMA BARU KEBIJAKAN, STRUKTUR INDUSTRI NASIONAL

Industrialisasi dipandang sebagai strategi sekaligus obat bagi banyak negara. Sebagai strategi, industrialisasi dianggap suatu proses linier, yang harus dilalui dengan sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan dalam transformasi struktur ekonomi di banyak negara. Sebagai obat, industrialisasi dipandang ampuh dalam mengatasi masalah keterbelakangan, kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran.
 Buku ini mencoba membedah industrialisasi dalam perspektif “ekonomi Industri”. Sekaligus memotret bagaimana dinamika perkembangan industri Indonesia sejak era Presiden Sukarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Ekonomi industri pada hakikatnya merupakan disiplin ekonomika organisasi industri (industrial organization economics). Pendekatan populer dalam ilmu ini adalah berusaha menjelaskan organisasi dengan melihat hubungan antara struktur industri, perilaku organisasi, dan kinerja organisasi, atau dikenal dengan paradigma struktur, perilaku, kinerja (Strukture Conduct, Performance/SCP). Prinsip SCP menjelaskan bagaimana perusahaan berperilaku (conduct) dalam menghadapi struktur pasar tertentu dalam suatu industri. Dari perilaku tersebut akan tercipta suatu kinerja (performance) tertentu dimana perbedaan struktur dan perilaku akan mempengaruhi kinerja yang tercermin dalam harga, efisiensi, dan tingkat inovasi.
Selain SCP, perkebangan kontemporer, banyak yang menyebut ekonomika industri baru (new industrial economics), memasukan perspektif klaster dalam meningkatkan daya saing industri. Pendekatan inilah yang menjadi pijakan dalam penyusunan kebijakan industri nasional pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono–Jusuf Kalla. Visi kebijakan tersebut adalah menjadi negara industri maju baru pada tahun 2020. 
Pilihan menggunakan pendekatan klaster adalah keputusan yang tepat. Ciri penting dan utama dari klaster adalah konsentrasi geografis dan spesialisasi sektoral. Dengan kata lain, klaster merujuk pentingnya spesialisasi dalam suatu daerah geografis yang berdekatan. Kebijakan ini menggantikan paradigma lama dimana kebijakan industri nasional sering dihubungkan dengan penentuan target sektor-sektor dan industri tanpa menghiraukan dimana sektor-sektor itu berlokasi dalam sebuah negara. 
Dengan perubahan paradigama kebijakan industri nasionan, mampukah Indonesia menjadi negara industri maju? Dalam buku ini berbagai gambaran industri Indonesia akan disajikan, termasuk masalah utama yang dihadapi, pola spasial industri, peranan usaha kecil, fenomena deindustrialisasi, atau bagaimana grand strategy mewujudkan visi negara industri maju.
Dalam komentarnya, Menteri Perindustrian Fahmi Idris menyatakan, dari beberapa buku tentang industrialisasi di Indonesia, buku ini dapat dikatakan merupakan satu-satunya buku yang membahas industri secara komprehensif, mengikuti dimensi ruang dan waktu, serta ditulis dengan metode pendekatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Analisis dan contoh kasus yang disajikan dapat memberikan pencerahan dalam pemecahan masalah, perumusan strategi usaha dan kebijakan. Buku ini dapat memenuhi referensi bagi berbagai pihak yang tertarik dan terkait dengan industrialisasi di Indonesia, baik kalangan akademis, mahasiswa dan dosen, dunia usaha, pelaku industri, birokrat, maupun eksekutif dan legislatif.

II.                PENDEKATAN SCP
Teori ini pada mulanya adalah teori struktural yang menelaah jawaban yang diberikan oleh teori modernisasi.
Teori struktural berpendapat bahwa kemiskinan yang terjadi di negara dunia ketiga yang mengkhusukan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang eksploitatif dimana yang kuat mengeksploitasi yang lemah.
Teori ini berpangkal pada filsafat materialisme yang dikembangkan Karl Marx. Salah satu kelompok teori yang tergolong teori struktural ini adalah teori ketergantungan. Lahir dari 2 induk, yakni seorang ahli pemikiran liberalRaul Prebiesch dan teori-teori Marx tentang imperialisme dan kolonialisme serta seorang pemikir marxis yang merevisi pandangan marxis tentang cara produksi Asia yaitu, Paul Baran.
1.                           Raul Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang harus melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor.
2.                           Perdebatan tentang imperialisme dan kolonialisme. Hal ini muncul untuk menjawab pertanyaan tentang alasan mengapa bangsa-bangsa Eropa melakukan ekspansi dan menguasai negara-negara lain secara politisi dan ekonomis. Ada tiga teori:
Ø  Teori Gold (Emas): motivasi demi keuntungan ekonomi
Ø  Teori Glory (kejayaan): kehausan akan kekuasaan dan kebesaran.
Ø  Teori Gospel (Bible/Tuhan): adanya misi penyebaran agama
3.                           Paul Baran: sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran, system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang tetap kerdil.

Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari tokoh-tokoh di atas, yakni:
1.      Andre Guner Frank : Pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan hanya dapat diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
2.      Theotonia De Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni :
Ø  Ketergantungan Kolonial: Hubungan antar penjajah dan penduduk setempat bersifat eksploitatif.
Ø  Ketergantungan Finansial- Industri: Pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam bentuk kekuasaan financial-industri.
Ø  Ketergantungan Teknologis-Industrial: Penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui monopoli teknologi industri.
Ø   
Ada 6 inti pembahasan teori ketergantungan:

1. Pendekatan keseluruhan melalui pendekatan kasus.

Gejala ketergantungan dianalisis dengan pendekatan keseluruhan yang memberi tekanan pada sisitem dunia. Ketergantungan adalah akibat proses kapitalisme global, dimana negara pinggiran hanya sebagai pelengkap. Keseluruhan dinamika dan mekanisme kapitalis dunia menjadi perhatian pendekatan ini.

2. Pakar eksternal melawan internal.

Para pengikut teori ketergantungan tidak sependapat dalam penekanan terhadap dua faktor ini, ada yang beranggapan bahwa faktor eksternal lebih ditekankan, seperti Frank Des Santos. Sebaliknya ada yang menekankan factor internal yang mempengaruhi/ menyebabkan ketergantungan, seperti Cordosa dan Faletto.

3. Analisis ekonomi melawan analisi sosiopolitik

Raul Plebiech memulainya dengan memakai analisis ekonomi dan penyelesaian yang ditawarkanya juga bersifat ekonomi. AG Frank seorang ekonom, dalam analisisnya memakai disiplin ilmu sosial lainya, terutama sosiologi dan politik. Dengan demikian teori ketergantungan dimulai sebagai masalah ekonomi kemudian berkembang menjadi analisis sosial politik dimana analisis ekonomi hanya merupakan bagian dan pendekatan yang multi dan interdisipliner. Analisis sosiopolitik menekankan analisa kelas, kelompok sosial dan peran pemerintah di negara pinggiran.

4. Kontradiksi sektoral/regional melawan kontradiksi kelas.

Salah satu kelompok penganut ketergantungan sangat menekankan analisis tentang hubungan negara-negara pusat dengan pinggiran ini merupakan analisis yang memakai kontradiksi regional. Tokohnya adalah AG Frank. Sedangkan kelompok lainya menekankan analisis klas, seperti Cardoso.

5. Keterbelakangan melawan pembangunan.

Teori ketergantungan sering disamakan dengan teori tentang keterbelakangan dunia ketiga. Seperti dinyatakan oleh Frank. Para pemikir teori ketergantungan yang lain seperti Dos Santos, Cardoso, Evans menyatakan bahwa ketergantungan dan pembangunan bisa berjalan seiring. Yang perlu dijelaskan adalah sebab, sifat dan keterbatasan dari pembangunan yang terjadi dalam konteks ketergantungan.

6. Voluntarisme melawan determinisme

Penganut marxis klasik melihat perkembangan sejarah sebagai suatu yang deterministic. Masyarakat akan berkembang sesuai tahapan dari feodalisme ke kapitalisme dan akan kepada sosialisme. Penganut Neo Marxis seperti Frank kemudian mengubahnya melalui teori ketergantungan. Menurutnya kapitalisme negara-negara pusat berbeda dengan kapitalisme negara pinggiran. Kapitalisme negara pinggiran adalah keterbelakangan karena itu perlu di ubah menjadi negara sosialis melalui sebuah revolusi. Dalam hal ini Frank adalah penganut teori voluntaristik.


Alfred Weber merupakan seorang ekonom Jerman yang juga menjadi pengajar di Universitas Praha pada tahun 1907. Kemudian pada tahun 1907-1933 ia juga mengajar di Universitas Heidelberg (Jerman). Weber memiliki teori yang berkaitan dengan least cost location. Teori tersebut menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan di tempat yang menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan ditempat yang memiliki biaya yang memiliki sewa lahan paling minimal. Tempat yang memiliki total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimal dan cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimal.
Weber mengemukakan enam teori sebagai berikut:
Ø  Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduknya.
Ø  Sumber daya dan bahan mentah. Tidak semua jenis sumber daya alam terdapat di setiap tempat.
Ø  Upah tenaga kerja. Ada upah yang baku yang telah ditetapkan sehingga jumlahnya sama di setiap tempat, tetapi ada pula upah yang merupakan hasil persaingan antar penduduk.
Ø  Biaya transportasi. Besarnya biaya transportasi tergantung pada massa bahan baku serta jarak dari asal bahan baku ke lokasi pabrik.
Ø  Terdapat kompetisi antarindustri. Setiap industri pasti melakukan persaingan untuk memperoleh pasar dan keuntungan yang lebih besar.
Ø  Manusia selalu berfikir rasional untuk pengembangan industri.

Dengan mengguanakan asumsi diatas maka biaya transportasi akan tergantung pada bobot barang dan jarak pengangkutan. Pada prinsipnya yang harus diketahui adalah unit yang merupakan hubungan fungsional dengan biaya serta jarak yang harus ditempuh dalam pengangkutan itu memiliki biaya yang sama. Disini dapat diasumsikan bahwa harga satuan angkutan kemana-mana sama, sehingga perbedaan biaya angkutan hanya disebabkan oleh bobot barang dan jarak yang ditempuh.

Faktor-faktor teori Weber yang mempengaruhi penempatan lokasi industri:

Ø  Bahan Baku
Berdasarkan teori segitiga Weber, seorang produsen akan menentukan letak pabriknya di lokasi yang dapat memberikan keuntungan optimal. Contohnya pada industri semen, bahan baku semen mempunyai massa yang lebih besar apabila dibandingkan dengan hasil produksinya. Hal inilah yang menyebabkan para produsen semen menempatkan pabriknya di daerah yang dekat dengan sumber bahan baku.

Ø  Tenaga Kerja
Pada umumnya produsen lebih menyukai tenaga kerja yang berasal dari sekitar daerah lokasi industri. Karena biaya transportasi yang dikeluarkan untuk tenaga kerja di pabrik tersebut lebih murah, sehingga para buruh tidak menuntut upah yang terlalu tinggi

Ø  Aksesibilitas
Aksesibilitas dapat memacu proses interaksi antar wilayah sampai ke daerah yang paling terpencil sehingga tercipta pemerataan pembangunan. Semakin kecil biaya transportasi antara lokasi bahan baku menuju pabrik dan lokasi pemasaran maka total biayanya juga semakin kecil.

Weber juga mengelompokkan industri menjadi dua. Yang pertama adalah industri weight losing yaitu industri yang hasil produksinya memiliki berat yang lebih ringan daripada bahan bakunya, misalnya industri kertas. Oleh karena itu maka seharusnya lokasi pabrik diletakkan didekat sumber bahan baku. Yang kedua adalah weight gaining, untuk yang kedua ini sebaiknya diletakkan dekat dengan pasar. Penggunaan kedua prinsip ini akan mengalami kesulitan apabila berat benda yang masuk dalam perhitungan tidak jauh berbeda.

Perkembangan suatu kawasan bermula dari satu titik, yaitu pusat kota yang kemudian dalam perkembangannya bersifat menyebar.perkembangan yang terjadi di suatu kawasan, terutama yang berkaitan dengan sektor industri, akan memberikan pengaruh yang cukup besar dan mendorong perkembangan pada sektor-sektor lainnya. Maka dapat dikatakan bahwa perkembangan suatu kawasan mempunyai dampak terhadap perkembangan kawasan yang berada disekitarnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan industri adalah adanya transportasi yang memadai. Peranan sarana transportasi ini untuk menyediakan aksesbilitas bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Semakin kecil biaya transportasi dari lokasi bahan baku ke tempat produksi maka jumlah biaya yang digunakan untuk mengangkut bahan baku maupun hasil produksi akan semakin kecil pula.





III.             STRUKTUR INDUSTRI

Mengukur Struktur Industri (Pasar)

Struktur industri menggambarkan bagaimana industri diorganisasikan. Hal ini terkait dengan hubungan dari (a) sesama produsen (b) sesama konsumen (c) produsen dan konsumen, dan (d) produsen yang telah ada terhadap produsen baru yang masuk ke pasar (Bain 1968). Menurut teori ekonomi industri, struktur industri menentukan tingkat kompetisi dan merupakan faktor yang berpengaruh pada perilaku dan kinerja dari suatu industri (perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri). Oleh karenanya, analisa struktur industri merupakan pijakan awal untuk mengkaji suatu industri.
Struktur industri didefinisikan dalam terminologi distribusi jumlah dan ukuran dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri (Bain 1968). Struktur industri merupakan cerminan dari struktur pasar suatu industri (Kuncoro 2007). Dalam studi empiris mengenai struktur industri, digunakan pengukuran konsentrasi untuk mengukur intensitas dari persaingan dalam industri. Konsentrasi industri ini menginformasikan ukuran relatif dari perusahaan-perusahaan yang ada pada pasar (Jacobson 1996). Terdapat beberapa alat pengukuran konsentrasi yang umum dipergunakan untuk menggambarkan distribusi dari pangsa pasar di antara perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri, yaitu: Rasio Konsentrasi, Indeks Herfindhal, dan Koefisien Gini.

Rasio Konsentrasi
Rasio Konsentrasi (concentration ratio, CR) secara luas dipergunakan untuk mengukur pangsa dari output, turnover, value added, jumlah pegawai atau nilai asset dari total industri. Biasanya jumlah perusahaan N yang dihitung proporsi pangsa pasarnya adalah 4, sehingga dikenal sebagai CR4. Jika Pi mewakili pangsa pasar, dan jika proporsi dari output, turnover, value added, jumlah pegawai atau nilai asset dari total industri yang diwakili oleh perusahaan i = 1,2, …, dengan P1 >= P2 >= P3 >= …, maka Concentration Ratio, CRN, untuk N perusahaan dihitung sebagai:
CRN = P1 + P2 + P3 + … + PN
Rasio konsentrasi berkisar antara nol hingga satu dan biasanya dinyatakan dalam persentase. Nilai konsentrasi yang mendekati angka nol mengindikasikan bahwa sejumlah n perusahaan memiliki pangsa pasar yang relatif kecil. Sebaliknya, angka rasio konsentrasi yang mendekati satu mengindikasikan tingkat konsentrasi yang relatif tinggi. CRN sangatlah tergantung pada jumlah keseluruhan perusahaan yang ada dalam industri. CRN akan menurun jika jumlah perusahaan dalam industri meningkat. CRN dapat memberikan gambaran tentang peran n perusahaan yang ada dalam industri, namun demikian CRN tidak cukup dapat memberikan informasi mengenai keterkaitan antar perusahaan di dalam industri.
Sebagaimana dikemukakan di atas, CR4 yang mewakili empat perusahaan dengan pangsa pasar paling besar, adalah rasio konsentrasi yang banyak dipergunakan. Beberapa kategori pasar dapat didefinisikan dengan menggunakan CR4 untuk menggambarkan tingkat kompetisi sebagaimana ditampilkan dalam gambar di bawah.
http://strategika.files.wordpress.com/2008/08/struktur-pasar.jpg?w=500&h=310
Sumber: Buzzelli (2001); Ma (1993)

Gambar: Tipe dari Struktur Pasar
Yang paling ekstrem adalah perfect competition dalam hal mana banyak perusahaan dengan pangsa pasar masing-masing yang relatif kecil, dan monopoly dalam hal mana satu perusahaan memiliki 100 persen pangsa pasar. Kompetisi dan jumlah perusahaan adalah besar pada perfect competition dan sedikit pada monopoly.
Pada perfect competition, terdapat banyak perusahaan, sehingga individu perusahaan tidak dapat mengendalikan harga. Perusahaan-perusahaan menghasilkan produk yang homogen, dan pembeli mengetahui harga dan dan memiliki informasi. Tidak ada entry dan exit barriers pada perfect competition. Sebaliknya, pada monopoly, hanya ada satu perusahaan yang menjual produk kepada banyak pembeli dan tidak ada produsen baru yang dapat memasuki pasar, dengan demikian perusahaan ini memiliki kekuatan monopoly.
Angka CR4 yang tinggi akan menunjukkan bahwa pasar didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan, yang berarti bentuk struktur oligopoly. Pada struktur oligopoly, produsen besar dapat mempengaruhi harga dengan cara mengendalikan output produksi. Terdapat tingkatan oligopoly, mulai dari moderately concentrated oligopolistic markets hingga highly concentrated oligopolies, yang mengindikasikan tingkat rendah hingga tinggi dari pengaruh pasar.
Semakin rendah CR4, semakin dekat pasar pada kondisi perfectly competitive.

Indeks Herfindhal (H)

Indeks Herfindhal adalah jenis ukuran konsentrasi lain yang cukup penting. Indeks Herfindhal dedefinisikan sebagai jumlah pangkat dua pangsa pasar dari seluruh perusahaan yang ada dalam industri, dan diformulasikan:
H = P1^2 + P2^2 + P3^2 + … + PN^2
Nilai H akan berkisar dari nol hingga satu. Nilai H akan sama dengan 1/n jika terdapat n perusahaan yang mempunyai ukuran yang sama. Jika H mendekati nol, maka akan berarti terdapat sejumlah besar perusahaan dengan ukuran usaha yang hampir sama dalam industri, dan konsentrasi pasar adalah rendah. Sebaliknya, industri bersifat monopoly jika H sama dengan satu. Semakin tinggi H, semakin tinggi disribusi ukuran dari perusahaan. The Federal Trade and Commission in the US menetapkan bahwa pasar terkategori highly concentrated jika nilai H lebih besar dari 0.18 (Chiang 2001).
Kurva Lorenz dan Koefisien Gini

Pendekatan lain untuk melihat konsentrasi industri adalah dengan menggunakan pemetaan Kurva Lorenz dan penghitungan Koefisien Gini (Adelaja, dkk. 1998, Wang 2004). Kurva Lorenz dan Koefisien Gini dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan inequality dari perusahaan-perusahaan di dalam industri. Kurva Lorenz dan Koefisien Gini mengindikasikan tingkat kompetisi dalam suatu pasar dengan mengukur inequality dalam distribusi ukuran dari perusahaan-perusahaan (Hart and Prais 1956).
Koefisien Gini adalah ukuran statistik yang diperoleh dari Kurva Lorenz, yang terkait dengan pangsa kumulatif dari total nilai suatu variabel (output, revenue, jumlah pekerja, dsb.) terhadap angka atau persentase dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam suatu industri yang diurutkan meningkat sesuai ukurannya. Jika kurva berbentuk lurus, seluruh perusahaan memiliki ukuran yang sama, dan industri dapat dipandang sebagai completely unconcentrated, mengindikasikan tingkat kompetisi yang tinggi di pasar. Secara umum, perusahaan-perusahaan tidak mempunyai ukuran yang sama dalam suatu industri, dan semakin besar deviasi dari garis diagonal terhadap Kurva Lorenz, semakin besar inequality dari ukuran perusahaan dan semakin besar konsentrasi pasar. Sebaliknya, semakin dekat kepada garis diagonal, semakin terdistribusi dan perusahaan-perusahaan semakin tidak terkonsentrasi.
http://strategika.files.wordpress.com/2008/08/kurvalorenz.jpg?w=300&h=293
Sumber: Wikipedia

Gambar: Kurva Lorenz
Koefisien Gini didefinisikan sebagai sebagai rasio dari luasan yang terletak di antara garis diagonal dan Kurva Lorenz dibagi dengan luasan segitiga di bawah garis diagonal. Nilai maksimum dan minimum adalah satu dan nol, berturut-turut mewakili total inequality dan total equality.
Jika luasan di antara garis diagonal (perfect equality) dan Kurva Lorenz adalah A, dan luasan di bawah Kurva Lorenz adalah B, maka Koefisien Gini adalah A / (A+B). Karena A+B = 0.5, maka Koefisien Gini, G = A/(0.5) = 2A = 1-2B. Jika Kurva Lorenz merupakan fungsi Y = L(X), nilai dari B dapat dicari dengan fungsi integral, sehingga:
G = 1 – 2*(integral 0-1 dari L(X)dX)
Kurva Lorenz dapat dituliskan sebagai fungsi L(F), dalam hal mana F adalah sumbu horizontal, dan L adalah sumbu vertikal. Untuk populasi berukuran n, dengan urutan nilai yi i=1 hingga n yang diurutkan meningkat (yi <= yi+1), maka Kurva Lorenz adalah fungsi linier yang menghubungkan titik-titik (Fi, Li), i = 0 hingga n, dalam hal mana F0 = 0, L0 = 0, dan untuk i = 0 hingga n:
Fi = i/n
Si = Yj1 + Yj2 + … + Yji
Li = Si/Sn

IV.             STRUKTUR PASAR PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

1. Karakteristik Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna dapat di definisikan sebagai sruktur pasar atau industri di mana terdapat banyak pehjual dan pembeli dan setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat memengaruhi keadaan di pasar. Karakteristik dari pasar persaingan sempurna yaitu :
Ø  Perusahaan adalah pengambilan harga
Ø  Setiap perusahaan mudah ke luar atau masuk
Ø  Menghasilkan barang serupa
Ø  Terdapat banyak perusahaan di pasar
Ø  Pembeli mempunyai pengetahuan sempurna mengenai pasar
Ø  Permintaan Dan Penawaran Dalam Persaingan Sempurna
Interaksi seluruh produsen dan seluruh pembeli di pasar yang akan menentukan harga pasar dan seorang produsen hanya “menerima” saja harga yang sudah di tentukan tersebut. Ini berarti berapa banyak pun barang yang di produksikan dan di jual oleh produsen,ia tidak akan dapat mengubah harga yang di tentukan di pasar,karena jumlah yang di produksikan itu hanya sebagian kecil saja dari jumlah yang di perjual belikan di pasar.

2. Mamaksimumkan Keuntungan Dalam Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Di Pasar Persaingan Sempurna

Dalam bagian ini secara serentak akan di tunjukan contoh angka tentang biaya produksi,hasil penjualan dan penentuan keuntungan.
Syarat memaksimumkan keuntungan,di dalam jangka pendek pemaksimumkan untung oleh suatu perusahaan dapat di terangkan dengan dua cara berikut :
Ø  Membandingkan hasil penjualan total dengan biaya total.
Ø  Menunjukan keadaan di mana hasil penjualan marjinal sama dengan biaya marjinal.

3.      Biaya Marginal Dan Kurva Penawaran

Masih ingatkah anda dengan definisi kurva penawaran ? untuk mengingatkan kembali baiklah dinyatakan sekali lagi definisi tersebut. Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukan perkaitan d antara harga suatu barang tertentu dan jumlah barang tersebut yang di tawarkan. Dalam bagian ini akan di terangkan bahwa semenjak ia memotong kurva AVC,kurva biaya marjinal (MC) dari suatu perushaan dalam pasar persaingan sempurna adalah merupakan kurva penawaran dari perusahaan tersebut. Kurva MC perusahaan tersebut mempunyai sifat yang sama dengan kurva penawaran yaitu ia menggambarkan bagaimana perubahan harga akan mempengaruhi produksi (barang yang di tawarkan) perusahaan tersebut.

4. Operasi perusahaan dan industri dalam jangka panjang

Dalam jangka panjang perusahaan dan industri dapat membuat beberapa perubahan tertentu yang di dalam jangka pendek tidak dapat di lakukan. Perusahaan dapat menambah faktor-faktor produksi yang di dalam jangka pendek adalah tetap jumlahnya. Kemungkina ini menyebabkan perusahaan tidak lagi mengeluarkan biaya tetap. Semuanya adalah biaya berubah. Seterusnya keadaan dalam industri juga mengalami perubahan,yaitu perusahaan – perusahaan baru akan memasuki biaya indusrti dan beberapa perusahaan lama yang tidak efisien akan gulung tikar dan meninggalkan industri. Perusahaan ini tidak berlaku dalam jangka waktu pendek. Perubahan lain yang mungkin berlau dalam jangka panjang adalah kemajuan tekhnologi,kenaikan upah tenaga kerja dan kenaikan harga-harga umum(inflasi). Perubahan ini akan mempengaruhi biaya produksi di setiap perusahaan.Dengan adanya kemungkinan untuk membuat penyesuaian-penyesuaian tersebut keadaan dalam perusahaan dan dalam industri akan mengalami perubahan.
Analisis dalam bagian ini bertujaun untuk melihat bagaimana penyesuaian-penyesuaian yang berlaku menimbulkan perubahan dalam keadaan pasar. Dua keadaan berikut akan di perhatikan :
Ø  Keadaan yang wujud apabila permintaan bertambah
Ø  Keadaan yang wujud apabila permintaan berkurang
Ø  Kurva Penawaran Industri Dalam Jangka Panjang
Ø  Kebaikan Dan Keburukan Pasar Persaingan Sempurna

Keadaan pasar yang bersifat persaingan sempurna banyak yang di gunakan sebagai pemisalan di dalam analisis ekonomi. Kebanyakan analisis ekonomi menganggap bahwa persaingan sempurna adalah struktur pasar yang lebih ideal dari jenis pasar lainnya. Ini di sebabkan oleh beberapa kebaikan dari pasar persaingan sempurna. Namun demikian ia juga mempunyai beberapa keburukan. Sebagai penutup kepada uraian mengenai pasar persaingan sempurna, dalam bagian ini akan di perhatikan kebaikan dan keburukan dari pasar tersebut.
Kebaikan dari pasar persaingan sempurna adalah :
Ø  Persaingan sempurna memaksimumkan efisiensi
Ø  Kebebasan bertindak dan memilih

Keburukan dari pasar persaingan sempurna adalah :
Ø  Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi
Ø  Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya social
Ø  Membatasi pilihan konsumen
Ø  Biaya produksi dalam persaingan sempurna mungkin lebih tinggi
Ø  Distribusi pendapatan tidak selalu merata

PASAR MONOPOLI,OLIGOPOLI DAN PERSAINGAN MONOPOLISTIK

1.  Pasar Persaingan Monopoli
1.1  Karakteristik Pasar Persaingan Monopoli

Karakteristik pasar monopoli sangat berbeda dengan pasar persaingan sempurna. Uraian berikut menerangkan ciri – ciri monopoli :
Ø  Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan
Ø  Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip
Ø  Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industry
Ø  Dapat mempengaruhi penentuan harga
Ø  Promosi iklan kurang di perlukan

1.2  Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Pasar Persaingan Monopoli

Terdapat tiga faktor yang dapat menimbulkan pasar monolpoli. Ketiga faktor tersebut adalah:
Ø  Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya tertentu yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain.
Ø  Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi hingga ke tingkat produksi yang sangta tinggi.
Ø  Monopoli wujud dan berkembang melalui undang-undang,yaitu pemerintah memberi hak monopoli kepada perusahaan tersebut.

1.3 Pemaksimuman Keuntungan Pasar Monopoli

Dalam menggambarkan prinsip penentuan pemaksimuman keuntungan dalam monopoli dua cara akan di gunakan,yaitu dengan menggunakan angka dan secara grafik. Untuk masing-masing cara ini akan di tunjukanprinsip penentuan pemaksimuman keuntungan berdasarkan pendekatan :
Ø  Biaya total dan hasil penjualan total
Ø  Biaya marginal dan hasil penjualan marginal
Ø  Produksi, Harga Dan Penjualan
Ø  Telah dinyatakan bahwa dalam monopoli hanya ada satu perusahaan dalam pasar.

Oleh karenanya permintaan dalam industri adalah juga permintaan ke atas produksi perusahaan monopoli tersebut. Dalam menerangkan mengenai persaingan sempurna telah di jelaskan bahwa permintaan bersifat elastis sempurna (yaitu kurva permintaan adalah sejajar dengan sumbu datar) dan sebabnya adalah karena berapapun produksi yang di jual prusahaan,harga tidak berubah. Sebagai akibatnya harga = penjualan marginal – yaitu P = MR . Permintaan yang dihadapi oleh monopoli adalah berbeda dengan yang di hadapi oleh suatu perusahaan dalam persaingan sempurna. Sebagai akibatnya dalam monopoli harga selalu lebih tinggi dan hasil penjualan marginal.

Apabila harga barang menjadi semakin menurun pada waktu jumlah produksi semakin meningkat,maka :
Ø  Hasil penjualan total akan mengalami pertambahan,tetapi pertambahan itu semakin berkurang apabila produksi bertambah banyak. Setelah mencapai satu tingkat produksi tertentu pertambahanya akan menjadi negatif.
Ø  Pada umumnya hasil penjualan marginal nilainya adalah lebih rendah dari pada harga. Hanya pada waktu produksi mencapai satu unit hasil penjualan marjinal = harga. 

1.3  Monopoli Alamiah Dan Pengendalian Harga

Arti dari monopoli alamiah adalah perusahaan yang terus menerus menikmati skala ekonomi hingga pada tingkat produksi yang sangat banyak jumlahnya,berarti AC terus menerus turun hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi.
 Apabila kegiatan monopoli alamiah didasarkan kepada tujuan memaksimumkan keuntungan,kegiatan yang seperti itu akan menimbulkan kerugian yang besar kepada masyarakat. Mereka harus menbayar barang dan jasa yang di hasilkan perusahaan itu pada harga yang relatif tinggi. Di samping itu jumlah barang dan jasa yang di tawarkan adalah lebih rendah dari jumlah barang yang dapat di produksikanya secara optimal.
Untuk memaksimumkan manfaat dari kegiatan perusahaan seperti itu,campur tangan pemerintah yang menjamin agar kegiatan perusahaan tersebut akan menguntungkan masyarakat sangat di perlukan. Campur tangan tersebut biasanya di lakukan dengan mengendalikan dan menetapkan harga barang dan jasa yang di hasilkan perusahaan monopoli. Adakalanya yaitu apabila harga yang di tetapkan terlalu rendah ,pemerintah memberikan subsidi kepada perusahaan monopoli alamiah



2. Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri yang termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di Amerika Serikat, dan sebagainya.
Sifat-sifat pasar oligopoli :
Ø  Harga produk yang dijual relatif sama
Ø  Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses
Ø  Sulit masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar
Ø  Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain

2.1  Macam-macam pasar oligopoli :

Ø  Pasar oligopoli murni (pure oligopoly). Ini merupakan praktek oligopoli dimana barang yang diperdagangkan merupakan barang yang bersifat identik.contohnya : praktek pasar oligopoli dalam produk sabun mandi.
Ø  Pasar oligopoli dengan pembedaan (differentiated oligopoly)
Pasar ini merupakan suatu bentuk praktek oligopoli dimana barang yang diperdagangkan dapat dibedakan.contohnya : praktek pasar oligopoli dalam produk mobil.

2.2  pasar oligopoli memiliki KELEBIHAN sebagai berikut :

Ø  Adanya efisiensi dalam menjalankan kegiatan produksi
Ø  Persaingan di antara perusahaan akan memberikan keuntungan bagi konsumen dalam hal harga dan kualitas barang.

2.3  Pasar oligopoli juga memiliki KELEMAHAN, yaitu :

Ø  Dibutuhkan investasi dan modal yang besar untuk memasuki pasar, karena adanya skala ekonomis yang telah diciptakan perusahaan sehingga sulit bagi pesaing baru untuk masuk ke dalam pasar.
Ø  Apabila terdapat perusahaan yang memiliki hak paten atas sebuah produk, maka tidak memungkinkan bagi perusahaan lain untuk memproduksi barang sejenis.
Ø  Perusahaan yang telah memiliki pelanggan setia akan menyulitkan perusahaan lain untuk menyainginya


3. Pasar Monopolisti
Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Contoh produknya adalah seperti makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan sebagainya

3.1 Sifat-sifat pasar monopolistik :
Ø  Adanya differensiasi produk(produk yang dijual mungkin sama namun memiliki perbedaansatu sama lain)
Ø  Mirip dengan pasar persaingan sempurna
Ø  Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda
Ø  Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga
Ø  Relatif mudah keluar masuk pasar
Ø  Promosi penjualan harus aktif. Pada pasar ini harga bukan merupakan pendongkrak jumlah konsumen, melainkan kemampuan perusahaan menciptakan citra baik dimata konsumen, sehingga dapat menimbulkan fanatisme terhadap produk.

3.2  Pasar Monopolistik memiliki KEBAIKAN sebagai berikut :

Ø  Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen untuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.
Ø  Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk selalu melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya.
Ø  Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam menentukan produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen loyal terhadap produk yang dipilihnya.

3.3  Pasar Monopolistik juga memiliki KELEMAHAN sebagai berikut :

Ø  Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi harga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki modal dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar.
Ø  Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar monopolistik, karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis yang cukup tinggi.
Ø  Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga produk yang harus dibayar oleh konsumen

V.                PERILAKU INDUSTRI (CONDUCT)
Perilaku dalam dunia ekonomi industry dapat diartikan bagai mana cara dilakukan sebuah perusahaan agar mendapatkan pasar. Dengan kata lain perilaku merupakan pola tanggapan dan penyesuaian sebagai perusahaan yang dapat dalam suatu industry untuk mendapatkan persaingan. Perilaku dapat dilihat dalam bagian perusahaan dalam menetukan harga jual, promosi produk atau periklanan (advertising). Kordinasi dalam kegiatan seperti dengan berkolusi, kartel dan sebagainya, serta litbang (research development).
5.1  Perilaku Harga (pricing behavior)
Perusahaan pada beberapa industry memiliki beberapa harga pengelembungan (mark up) yang lebuh tnggi dibandingkan dengan industry lainnya yang berbeda.
5.2  Aktivitas Intergrasi dan Merjer
Perilaku merjer dan integrasi ternyata bervariasi antara industry. Integrasi secara umum didefenisiskan sebagai penggabungan sumber-sumber yang produktif. Intergraasi dapat dilakukan melalui marjer, yang didefenisikan sebagai penggabungan antara dua perusahaan atau lebih menjadi sebuah perusahaan yang lebih besar.
Para ekonomi membagi aktivitas intergrasi menjadi tiga jenis, yaitu integrasi vertical (vertical integrasion), dan marjer konglomerat (conglomerate marjer).



BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Perusahaan dapat menambah faktor-faktor produksi yang di dalam jangka pendek adalah tetap jumlahnya. Kemungkina ini menyebabkan perusahaan tidak lagi mengeluarkan biaya tetap. Semuanya adalah biaya berubah. Seterusnya keadaan dalam industri juga mengalami perubahan,yaitu perusahaan – perusahaan baru akan memasuki biaya indusrti dan beberapa perusahaan lama yang tidak efisien akan gulung tikar dan meninggalkan industri. Perusahaan ini tidak berlaku dalam jangka waktu pendek.

Perubahan lain yang mungkin berlau dalam jangka panjang adalah kemajuan tekhnologi,kenaikan upah tenaga kerja dan kenaikan harga-harga umum(inflasi). Perubahan ini akan mempengaruhi biaya produksi di setiap perusahaan.Dengan adanya kemungkinan untuk membuat penyesuaian-penyesuaian tersebut keadaan dalam perusahaan dan dalam industri akan mengalami perubahan.

SARAN
Struktur industri didefinisikan dalam terminologi distribusi jumlah dan ukuran dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri (Bain 1968). Struktur industri merupakan cerminan dari struktur pasar suatu industri (Kuncoro 2007). Dalam studi empiris mengenai struktur industri, digunakan pengukuran konsentrasi untuk mengukur intensitas dari persaingan dalam industri. Konsentrasi industri ini menginformasikan ukuran relatif dari perusahaan-perusahaan yang ada pada pasar (Jacobson 1996). Terdapat beberapa alat pengukuran konsentrasi yang umum dipergunakan untuk menggambarkan distribusi dari pangsa pasar di antara perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri, yaitu: Rasio Konsentrasi, Indeks Herfindhal, dan Koefisien Gini.









DAFTAR PUSTAKA

sumber gambar: www.proficioconsulting.com
Adelaja, A., Menzo, J., and McCay, B. 1998. Market Power, Industrial Organization and Tradeable Quotas. Review of Industrial Organization, 13, 1998, 589-601
Church, J. and Ware, R. 2000. Industrial Organization: A Strategic Approach, McGraw Hill, Boston.
Kuncoro, M. 2007. Ekonomika Industri Indonesia – Menuju Negara Industri baru 2030?. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Wang, D. 2004. The Chinese Construction Industry from the Perspective of Industrial Organization, PhD Dissertation, Northwertern University, Evanston, Illinois.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar